Namun, Prabowo kembali menelan pil pahit karena kalah dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDI-P, Nasdem, PKB, dan Hanura.
Gerindra kini
Kalah dari Jokowi-JK, Gerindra kembali menjadi partai oposisi. Gerindra tetap konsisten berada di luar pemerintahan bersama PKS meski satu per satu parpol oposisi berubah haluan untuk bergabung ke pemerintah.
Menjelang 2019, kader Partai Gerindra kembali mendorong Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai presiden.
Gerindra juga optimistis bisa meraih suara lebih banyak dan menjadi partai pemenang pemilu.
Moto yang gencar disuarakan Partai Gerindra adalah 'Prabowo Presiden, Gerindra Menang'.
Jika melihat hasil survei sejumlah lembaga, Prabowo memang masih menjadi pesaing terkuat Jokowi.
Survei terakhir Poltracking pada 27 Januari-3 Februari 2018, misalnya. Saat responden tak diberi pilihan jawaban, nama Jokowi dipilih 45,4 responden, sementara Prabowo 19,8 persen.
Sementara calon lainnya tak ada yang mendapat angka 1 persen.
Dalam simulasi head to head, Jokowi mendapatkan 57,6 persen, sementara Prabowo 33,7 persen.
Survei Poltracking juga menempatkan Gerindra pada posisi kedua parpol dengan elektabilitas tertinggi.
Gerindra berhasil menyalip Golkar dengan mendapat 13,4 persen suara meski masih kalah jauh dari PDI-P dengan 26,5 persen.
Sejauh ini, belum ada pernyataan atau deklarasi resmi Prabowo akan kembali bertarung di pilpres.
Meski demikian, Prabowo sudah memberikan isyarat dalam sambutannya di perayaan HUT Ke-10 Partai Gerindra, Sabtu (10/2/2018).
Prabowo mengatakan, jika rakyat berkehendak dirinya maju lagi dalam pilpres mendatang, harapan itu tak boleh ditolak.
"Kalau memang dibutuhkan oleh rakyat yang menuntut, meminta, dan kami memang diberi kesehatan oleh Tuhan, kemampuan, ya, kami tak boleh mengingkari harapan rakyat," ujar Prabowo
Apalagi, kata Prabowo, jika kehendak rakyat tersebut bukanlah rekayasa hasil sebuah polling belaka.
"Kalau rakyat meminta, kalau partai menegaskan, kalau ada dukungan yang benar bukan dukungan rekayasa," ucap Prabowo.