SERPONG, KOMPAS.com - Ketergantungan masyarakat yang besar terhadap teknologi membuat hidup terasa lebih nyaman.
Tak dipungkiri seluruh kegiatan sehari-hari menjadi lebih mudah dengan semakin berkembangnya teknologi.
Namun di satu sisi, ketergantungan manusia terhadap teknologi justru menjadi titik lemah dan menciptakan fenomena baru yakni perang siber.
Hal itu diungkapkan oleh Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono saat membuka Seminar Nasional 10 Tahun UMN bertajuk 'Memperkuat Keamanan Siber Nasional' di kampus UMN, Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (21/11/2017).
"Ketergantungan kita yang besar terhadap teknologi membuat hidup lebih nyaman. Namun itu juga menjadi titik lemah di mana kalau itu diganggu lumpuh semua kegiatan kita," ujar Ninok.
Mengutip pendapat filsuf Jerman Friedrich Hegel, lanjut Ninok, manusia dan teknologi merupakan sebuah hubungan dialektika. Suatu kemajuan akan diikuti dengan ancamannya.
Berkembangnya pengguna internet di Indonesia yang mendekati angka 140 juta, tak hanya segi positif yang muncul dari kegiatan berinternet.
Segi-segi negatif pun bermunculan seperti merebaknya pornografi, berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian, serta yang akhir-akhir ini paling meresahkan adalah kejahatan siber.
Serangan ransomware WannaCry pada pengguna internet dunia pada Mei 2017 lalu menjadi salah satu bukti nyata kejahatan siber ini.
"Begitulah dialektika itu akan terus berlangsung," kata Ninok.
Melihat fenomena tersebut, Ninok menekankan pentingnya pembahasan isu keamanan siber sebagai pilar utama keamanan nasional.
Menurut Ninok, masuk akal jika Indonesia juga harus memeriksa diri, apakah sudah cukup untuk menghadapi serangan siber, mulai dari birokrasi hingga dunia usaha dan perbankan.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat semakin waspada terhadap ancaman keamanan siber dan berusaha meningkatkan keamanan layanannya.
"UMN tidak menutup apa yang berkembang di masyarakat. Ketahanan siber yang makin kuat sangat diperlukan mengingat ketergantungan kita terhadap teknologi cukup besar," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.