Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

Anomali Satelit Telkom 1

Kompas.com - 07/09/2017, 16:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

SEPEKAN sebelum Hari Raya Idul Adha, 25 Agustus lalu, hampir 10.000 anjungan tunai mandiri (ATM) dan kantor perbankan di Indonesia lumpuh akibat gagal beroperasinya satelit Telkom 1 milik PT Telkom.

Hampir semua bank nasional menggunakan layanan satelit Telkom 1 yang diluncurkan dari Kourou, Guyana Perancis, Amerika Selatan, 13 Agustus 1999 itu, menempati orbit geostasioner di 108 derajat bujur timur (BT) pada ketinggian 36.000 kilometer di atas Riau.

Hingga tulisan ini dibuat Selasa 5 September, sebagian besar ATM BCA di Jakarta belum berfungsi dan ini membuat kacau nasabah BCA yang tidak bisa melakukan transaksi.

Namun beberapa ATM yang terletak di dalam kantor BCA umumnya bisa digunakan dan perlahan jumah ATM yang bisa digunakan makin bertambah.

Baca juga: 

Satelit buatan Lockheed Martin dan diluncurkan oleh roket Ariane 42P ini punya masa hidup 15 tahun, sehingga mestinya sudah purna tugas pada 2014. Telkom 1 berhasil melewati usianya sampai lebih 3 tahun dan beberapa hari hingga hilang dari orbit geostasionernya.

Perpanjangan usia satelit merupakan hal yang wajar. Bahkan misalnya PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), konon membeli satelit tua yang “hampir mati” dan dengan penghematan bahan bakar, usia operasinya masih dapat diperpanjang beberapa tahun.

Hilangnya satelit di angkasa bukan hanya sekali. Di sejarah Indonesia pernah satu satelit Palapa milik PT Satelindo (kemudian diakuisisi PT Indosat) diluncurkan dari Cape Kennedy Amerika Serikat, tetapi tidak pernah sampai orbitnya.

Beruntung ada perusahaan pemungut satelit, karena satelit yang kurang tenaga itu masih di ketinggian ratusan kilometer saja, lalu didaratkan dan dijual lagi.

Hal sama terjadi juga pada satelit Telkom3 yang tidak pernah sampai orbitnya beberapa tahun lalu, tetapi keberadaannya tidak terlacak sampai sekarang.

Satelit ACeS milik PSN yang membawa transponder L-band malah harus dibuang dari orbit geostasionernya di 123 derajat BT karena kegagalan pembuatan.

Bonus usia bukan mustahil dalam teknologi pengoperasian satelit, dan bukan mustahil pula bila usianya kurang dari yang diperkirakan. Semua tergantung pada seberapa sering satelit itu bergeser dari orbitnya sehingga roket harus dinyalakan untuk mengembalikan ke posisi semula.

Bergesernya satelit bisa akibat pengaruh badai matahari, gaya tarik bumi atau planet-planet lain, yang risikonya mengurangi persediaan bahan bakarnya.

Bisa turun dan terbakar

Menurut Arstechnica.com, PT Telkom memperkirakan usia Telkom 1 sampai tahun 2018 atau 2019, karenanya pengganti Telkom 1 baru akan diluncurkan tahun 2018.

Ahli-ahli di stasiun bumi Telkom bisa memperkirakan panjang usia tersisa dengan menghitung ketat berapa banyak helium dibutuhkan pada setiap penyalaan roket untuk menggeser satelit.

Konon karena lengan antena Telkom 1 masih berputar dengan tenaga listrik dari sel matahari (solar cell), stasiun bumi sesekali masih bisa “melihat” satelit itu di posisi 107 BT yang pelahan mengarah ke posisi 106 BT.

Tetapi stasiun bumi tidak bisa memberi perintah kepada satelit Telkom 1 untuk berputar atau bergeser, dan itu menjadi indikasi bahwa bahan bakar roket di satelit sudah habis.

Di geostasioner saat ini ada sekitar 1.500 satelit aktif dan keberadaan satelit yang tidak bisa dikendalikan sangat membahayakan karena bisa saja menabrak satelit tetangga yang buntutnya akan ada tuntutan ganti rugi kepada PT Telkom.

Sementara membuangnya ke sampah satelit di ketinggian 200 kilometer di atas geostasioner tampaknya mustahil karena masalah bahan bakar tadi.

Baca juga:  

Di darat, pemindahan layanan ke satelit lain makan waktu karena di satelit-satelit PT Telkom tidak banyak tersedia transponder kosong, sehingga harus minta jasa pemilik satelit lain.

Ada satelit “kosong”, BRI-sat milik Bank Rakyat Indonesia, tetapi BRI tidak bisa menyewakan transponder nganggurnya sebab bank pemerintah itu hanya memiliki lisensi jaringan tertutup.

Proses pemindahan pelanggan satelit Telkom 1 pun tidak hanya dilakukan di stasiun bumi tetapi juga pengesetan ulang satu per satu arah parabola VSAT (very small aperture terminal) di setiap ATM atau kantor bank.

Proses ini tidak bisa tuntas hanya dalam beberapa hari dan ini hal yang paling disesali banyak pelanggan berbagai bank.

Akibat gaya tarik bumi atau badai matahari, satelit yang luntang lantung bisa saja lalu turun dari ketinggian orbit geostasionernya dan terbakar ketika masuk atmosfer.

Atau bertabrakan dengan benda langit lain sebelum masuk atmosfer seperti disampaikan Arstechnica.com mengenai Telkom 1.

Mereka mengumumkan temuan salah satu dari 165 teleskop optik yang melihat dari timur Australia. Menurut mereka, ada kepingan-kepingan (debris) di langit yang tampaknya merupakan pecahan satelit Telkom 1.

Apa pun penyebabnya, anomali ini menjadi pengalaman berharga, karena BUMN itu harus menanggung biaya reposisi antena parabola VSAT untuk memindahkan layanan ke satelit lain.

Masih lebih bagus kalau tidak ada tuntutan ganti rugi dari perbankan dan pengguna kartu ATM bank-bank nasional yang dikecewakan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com