Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Ancaman Baru, Alumni Suriah

Kompas.com - 10/07/2017, 08:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Buku tulis menjadi bukti nyata, bahwa ada rencana besar yang disiapkan tersangka teroris yang membunuh Polisi di Polda Sumatera Utara, 2 pekan lalu!

Apa arti buku tulis itu? Seberapa penting perannya?

Banyak dari Anda yang pasti bertanya-tanya. Sebelum saya jawab, saya akan gambarkan sedikit soal buku tulis itu.

Buku tulis itu adalah buku tulis yang dicetak sendiri oleh Syawaluddin Pakpahan (43), tersangka utama teroris yang membunuh Ipda Anumerta Martua Sigalingging, petugas Pelayanan Masyarakat (Yanma), di Polda Sumatera Utara. Baca kasus penyerangan Polda Sumut.

Aksi Syawaluddin dilakukan berdua dengan temannya Ardial Ramadhana (34) yang tewas ditembak saat menyerang polisi pada saat umat Islam di seluruh Indonesia merayakan Idul Fitri akhir Juni lalu.

Di sampul buku tulis itu tertera pesan dari pemimpin tertinggi Islamic State of Iraq & Syam (ISIS) Abu Bakr Al Baghdadi. Pesan itu berisi ajakan untuk melakukan perlawanan, di manapun para pengikut ISIS berada.

Buku tulis ala tersangka

ISIS alias NIIS adalah Negara Islam Irak dan Syam. Jika dijabarkan wilayah yang mereka maksud dengan negeri Syam meliputi Lebanon, Suriah, Palestina, dan Yordania. Luas!

Lalu pertanyaannya kemudian, oleh siapa buku tulis itu digunakan?

Jawabannya adalah kelima putri Syawaluddin.

Syawaluddin memiliki lima orang anak yang semuanya perempuan. Yang paling besar duduk di bangku SMA, sementara yang paling kecil masih berusia Balita, 3 tahun.

Seluruh putrinya diberikan buku dengan pesan bernuansa teror dari pemimpin tertinggi ISIS. Syawaluddin bahkan mencetak buku tulis itu sendiri, khusus untuk anak anaknya.

Wawancara Kapolda 

Dalam kesempatan yang sempit saya berhasil menemui Kapolda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel. Saya beruntung karena bisa menemuinya persis di hari terakhirnya di Polda Sumatera Utara.

Rycko, lulusan terbaik, peraih Adhi Makayasa di Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1988 ini, diproyeksikan untuk memimpin Akademi Kepolisian sebagai Gubernur Akpol.

Pasca Shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Polda Sumatera Utara, saya berkesempatan untuk mewawancarainya. Saya bertanya tentang buku tulis misterius yang dicetak oleh tersangka utama teroris Syawaluddin Pakpahan.

Terkejut saya mendengar jawaban Kapolda. Rycko menyebut bahwa buku tulis itu sengaja dicetak oleh tersangka, khusus diberikan kepada anak anaknya.

Ada pesan “perang” yang ditulis pada setiap sampul buku. Dari pemeriksaan terhadap Syawaluddin, diketahui, ia hendak menjadikan seluruh anak perempuannya sebagai martir bom bunuh diri!

Saya tanyakan kepada Kapolda, apakah yang balita (berusia 3 tahun) juga termasuk yang terpapar ideologi radikal?

Kapolda menjawab, seluruh anaknya, dicekoki dengan ideologi teror yang dibawa oleh Syawaluddin sepulangnya dari Suriah tahun 2013.

Kapolda mengaku terkejut saat bertemu dengan anak-anak Syawaluddin. Ia menemukan fakta bahwa mereka saling melindungi satu sama lain.

Tak sempat tayang di layar

Dalam tulisan kali ini ada sejumlah hal yang tidak saya masukkan ke dalam tayangan AIMAN di KompasTV setiap senin pukul 8 malam.

Alasannya, durasi yang ada tidak cukup untuk menjelaskan semuanya. Saya akan jelaskan dalam tulisan ini.

Saya masuk secara sksklusif ke dalam rumah tersangka utama teroris, Syawaluddin Pakpahan, di Medan, Sumatera Utara.

Saya coba mengetuk pagar dan menyapa salam, tetapi tidak ada yang menjawab. Saya melihat ada gembok tergantung di pintu. Tidak terkunci.

Saya coba masuk ke halaman rumah itu. Saya membuka gembok yang tidak terkunci. Akhirnya, dalam rumah yang sebelumnya ditemukan bendera ISIS di dinding, saya bisa berkomunikasi dengan sang Istri. Baca: Ada Bendera ISIS di Rumah Penyerang Markas Polda Sumut

Informasi lain yang saya dapatkan dari sumber saya di ranah Intelijen, Syawaluddin sesungguhnya kerap memaksakan kehendak kepada istri dan anak-anaknya.

Seringkali jika istri dan anaknya tidak menuruti kehendak Syawaluddin, kekerasan yang jadi pilihan.

Syawaluddin ingin betul, anaknya menjadi penerus dirinya, dalam kaitan paham radikal yang dibawanya pasca-kepulangan dari Suriah di rentang tahun 2013.

Saya ajak pembaca untuk menyimak lengkap tayangan AIMAN pada Senin (10/7/2017) pukul 20.00 wib KompasTV. Eksklusif!

Saya Aiman Witjaksono…

Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektare Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Jokowi Sebut Ada 78.000 Hektare Tambak Udang Tak Terpakai di Pantura, Butuh Rp 13 Triliun untuk Alih Fungsi

Nasional
Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Spesifikasi 2 Kapal Patroli Cepat Terbaru Milik TNI AL

Nasional
Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Jokowi Panen Ikan Nila Salin di Tambak Air Payau di Karawang

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum Caleg yang Mendebatnya

Nasional
Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Kejar Pemerataan Dokter Spesialis, Kemenkes Luncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS Pendidikan

Nasional
Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Jokowi Bakal Bisiki Prabowo Anggarkan Program Budi Daya Nila Salin jika Menjanjikan

Nasional
Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com