Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Triawan Munaf Pilih Slogan "Saya Pancasila", Bukan "Kita Pancasila"

Kompas.com - 07/06/2017, 17:39 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" menjadi trending menjelang dan saat peringatan Hari Pancasila pada 1 Juni lalu.

Slogan ini digagas oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Meski mendapatkan respons positif, tak sedikit pula netizen yang mengkritik slogan tersebut.

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengakuinya. Namun, ia punya penjelasan mengapa memilih "Saya Pancasila", bukan "Kami Pancasila".

"Iya dikritik. Tapi langsung saya jawab secara lengkap," ujar Triawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Ada yang berpendapat, lebih tepat jika menggunakan "kami" daripada "saya". Alasannya, untuk menunjukkan bahwa Pancasila sudah dihayati seluruh elemen bangsa Indonesia.

Triawan menjelaskan, kata "saya" pada "Saya Indonesia, Saya Pancasila" terinspirasi dari lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu perjuangan Garuda Pancasila.

Baca: Jokowi: Saya Indonesia, Saya Pancasila, kalau Kamu?

Dalam lagu Indonesia Raya, terdapat sepenggal lirik "Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku..."

"Bukan 'tanah air kita' atau 'tanah tumpah darah kita'. Di lagu Garuda Pancasila juga sama. Liriknya 'Garuda Pancasila, akulah pendukungmu...' bukan 'kamilah pendukungmu'," ujar Triawan.

"Jadi, memang harus setiap orang punya komitmen kepada Pancasila dari dalam dirinya. Makanya Presiden bilang dalam pidato Hari Lahir Pancasila itu 'Ada di aliran darahku, ada di detak jantungku'. Karena Pancasila itu sifatnya pribadi," lanjut dia.

Setelah setiap pribadi menghayati nilai luhur Pancasila, maka "Kami Pancasila" otomatis akan terwujud.

Selain makna filosofis tersebut, slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila" juga dianggap mampu diterima masyarakat Indonesia.

"Sebuah slogan itu haruslah ringkas, menarik dan catchy untuk anak muda. Buktinya responsnya luar biasa kan. Kami ingin ada penyegaran lah dalam penyampaian narasi soal Pancasila," ujar Triawan.

"Kata-kata 'Saya Pancasila, Saya Indonesia' itu konteksnya sudah masuk ke dalam segalanya bahwa saya adalah seorang Pancasilais, saya seorang pendukung Pancasila, saya lahir di negara yang berasaskan Pancasila. Semua orang sudah ngerti," papar Triawan.

Tantangan bagi pengkritik

Meski demikian, Triawan tak menganggap pihak yang mengkritik slogan itu sebagai perlawanan.

Bagi Triawan, hal itu adalah dinamika dalam negara demokrasi.

"Dinamika saja. Yang penting saya apresiasi sama masukan seperti apapun juga, dari siapapun juga, pendapat-pendapat seperti itu," ujar Triawan.

Ayah dari penyanyi Sherina Munaf itu meminta, daripada mengkritik slogan 'Saya Indonesia, Saya Pancasila', lebih baik pihak-pihak itu ikut mengampanyekan nilai-nilai Pancasila dengan caranya sendiri.

"Kalau mau, bikin kampanye juga. Karena Pancasila kan dari semua orang untuk semua orang. Silakan bikin. Jangan malah dikritik. Bikin saja," ujar dia.

Kompas TV Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila salah satunya diselenggarakan di Gedung Pancasila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com