JEJU, KOMPAS.com - Selama sepekan terakhir, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menjadi sorotan media Korea Selatan.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com sejak berada di Korea Selatan pada Senin (29/5/2017) hingga Kamis (1/6/2017), nama dan wajah Megawati kerap menghiasi halaman depan surat kabar, juga headline di sejumlah televisi berita di Korea Selatan.
Sorotan terhadap Megawati bukan hanya karena dia menjadi salah satu pembicara dalam Jeju Forum for Peace and Prosperity yang berlangsung pada 31 Mei hingga 2 Juni 2017.
Namun, Megawati juga menjadi salah satu tokoh kunci dalam upaya reunifikasi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan, di bawah pimpinan presiden baru, Moon Jae-in.
Megawati telah bertemu Presiden Korsel Moon Jae-in di Istana Kepresidenan Blue House, Seoul pada Senin (29/5/2017).
Seusai pertemuan, Megawati mengaku diminta Presiden Moon untuk menjadi utusan khusus atau special envoy dari Korea Selatan untuk memulai dialog dengan Korea Utara.
"Untuk kemungkinan-kemungkinan, kalau bisa ikut membantu diadakannya hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan kembali," kata Megawati, seusai pertemuan.
Megawati pun bersiap pergi ke Korea Utara sebagai utusan Korea Selatan dalam memulai kembali upaya reunifikasi.
Baca: Upaya Reunifikasi, Megawati Diminta Jadi Utusan Korsel ke Korea Utara
Diplomasi anggrek Soekarno
Korea Selatan memiliki alasan khusus meminta Megawati untuk memulai upaya reunifikasi dengan Korea Utara. Sebab, secara historis Megawati memiliki kedekatan dengan mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il, yang merupakan ayah dari pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong Un.
Tidak hanya itu, lekatnya hubungan Indonesia dengan Korea Utara juga disebabkan akrabnya hubungan ayah Megawati dan Kim Jong Il, yaitu Presiden pertama RI Soekarno dan mantan pemimpin Korea Utara Kim Il Sung.
Dilansir dari dokumen Kompas, di bawah kepemimpinan Soekarno, lekatnya hubungan Indonesia dengan Korea Utara terlihat dalam poros yang dibangun saat itu: Jakarta-Pyongyang-Hanoi-Peking (Beijing). Poros itu dibangun sebagai solidaritas perjuangan bersama anti-imperialisme.
Namun, hal paling monumental dalam hubungan Soekarno-Kim Il Sung tidak terjadi dalam bentuk kesepakatan kerja sama militer atau aksi heroik di medan perang. Melainkan, hubungan itu terbangun melalui "diplomasi lunak" yang terjadi di Kebun Raya Bogor pada 13 April 1965.
Baca: Megawati Resmikan Kebun Raya Megawati Soekarnoputri di Jeju Korea
Saat Kim Il Sung yang masih menjabat perdana menteri berkunjung ke Indonesia, Soekarno mengajak tamunya ke kebun raya terbesar di Indonesia itu. Saat melihat koleksi anggrek di rumah kaca, Kim Il Sung pun terpikat dengan salah satu anggrek yang mekar berbunga.
Soekarno yang mengetahui bunga hasil silangan penyilang anggrek CL Bundt asal Makassar itu belum diberi nama, secara spontan menamainya "anggrek Kim Il Sung" atau kimilsungia. Kim Il Sung sangat bergembira dengan bunga tersebut, namun baru membawanya ke Korea Utara 10 tahun kemudian, pada 1975.
Kedekatan Megawati dengan Kim Jong Il pun terjalin dalam salah satu kunjungan Kim Il Sung ke Indonesia.
"Ketika Presiden Kim Il Sung datang ke Indonesia membawa putranya yaitu Kim Jong Il. Waktu itu kami menemani beliau berdua, sehingga saya mengenal Kim Jong Il," ujar Megawati kepada wartawan di Seoul, usai pertemuan dengan Presiden Moon.
Kronik upaya reunifikasi
Megawati mengungkap bahwa alasan historis-lah yang menyebabkan Presiden Moon mengundangnya untuk bertemu di Istana Kepresidenan Blue House. Sebab, Megawati bukanlah sosok yang asing dalam upaya reunifikasi dua Korea.
Megawati mengenang, upaya reunifikasi berawal di era kepemimpinan Presiden Korsel Kim Dae-jung. Saat itu, Megawati menjabat sebagai wakil presiden, dan kemudian menjadi presiden.
Menurut Megawati, Kim Dae Jung menjadi seorang pemimpin yang sangat berkeinginan terjadinya reunifikasi.
"Kim Dae-jung sudah pernah ke Korea Utara dan mengundang Kim Jong Il untuk bisa ke Korsel," ucap ketua umum PDI-P itu.
Baca juga: Usai Lapor ke Jokowi soal Reunifikasi Korea, Megawati Siap ke Korut
Sebagai wujud untuk membantu upaya reunifikasi, Megawati yang saat itu menjabat presiden pun bertolak ke Korea Utara. Setelah melalui proses panjang, kedatangan Megawati disambut, dia pun bertemu Kim Jong Il pada 29 Maret 2002 di wisma negara Paekhwawon, Pyongyang.
Harapan perdamaian pun terbangun.
Namun, Kim Dae-jung kemudian berhenti menjabat. Meski begitu, Roh Moo-hyun yang menggantikannya tetap meminta Megawati untuk menjadi jembatan terjadinya reunifikasi.
Meski Megawati tidak lagi menjabat presiden, namun upaya reunifikasi yang melibatkan dirinya tetap berjalan.
Bahkan, Megawati dua kali mengunjungi Korea Utara, yaitu pada April 2005 dan Oktober 2005.
Pada April 2005, Megawati datang untuk menghadiri festival bunga kimilsungia. Sedangkan pada Oktober 2005 dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PDI-P. Kehadiran Megawati juga sebagai upaya untuk melanjutkan dialog perdamaian.
Meski demikian, upaya reunifikasi belum juga menemukan jalan.
"Karena keadaan di Korea Selatan terjadi pergantian (Roh Moo-hyun), hal tersebut menjadi terkatung-katung," ucap Megawati.
Harapan di taman
Setelah bertemu Presiden Moon di Seoul, Megawati pun bertolak ke Jeju, sebuah pulau di selatan Seoul. Sebelum berbicara dalam Jeju Forum, serangkaian kegiatan dilakukan Megawati di pulau yang dikenal sebagai pulau wisata tersebut.
Baca: Di Forum Jeju, Megawati Akan Tawarkan Pancasila untuk Perdamaian Dunia
Megawati sempat mendatangi taman bonsai Spirited Garden. Selain itu, dia juga meresmikan sebuah taman yang dibuat sesuai namanya: Megawati Soekarnoputri Garden.
Perihal pemberian nama tersebut, Gubernur Jeju Won Hee-ryong mengatakan bahwa ini disebabkan peran Megawati yang membantu mempromosikan Jeju, juga air kemasan khas Jeju, yaitu "Samdasoo".
Peran itu juga yang membuat Megawati mendapat gelar warga kehormatan Pulau Jeju.
Dengan apresiasi yang diberikan Pemerintah Jeju, Megawati merasa terhormat. Apalagi, Jeju selama ini dikenal sebagai pulau perdamaian.
Karena itu, Megawati pun berpikir untuk melakukan pertemuan antara delegasi Korea Selatan dengan Korea Utara di Pulau Jeju.
"Alangkah baiknya jika pertemuan tersebut dilakukan di Pulau Jeju. Sewaktu pertemuan pertama dengan Gubernur Jeju, beliau mengatakan Jeju adalah kawasan damai. Karena itu kalau ada pertemuan saya usulkan di Jeju," ucap Megawati.
Gubernur Won sontak menyambut ide Megawati tersebut. Lokasi khusus pun dipersiapkan untuk memulai dialog tersebut, yaitu di Megawati Soekarnoputri Garden.
"Di Jeju ada Megawati Soekarnoputri Garden. Itu bisa jadi tempat reunifikasi khusus Korea," ucap Gubernur Won.
Bagi Megawati, reunifikasi antara Korea Selatan dengan Korea Utara memang sangat diharapkan. Menurut dia, perpecahan suatu bangsa memang terasa menyakitkan.
"Saya berpikir, sebagai manusia kita akan selalu berkeinginan untuk bersatu. Saya kira begitu lama kepahitan dirasakan rakyat Korea Utara dan Korea Selatan yang terpisah akibat beberapa waktu lalu bangsa ini dipisahkan jadi dua negara," ucapnya.
Baca juga: Soal Upaya Reunifikasi Korea, Megawati Teringat Ucapan Soekarno
Harapan perdamaian di semenanjung Korea pun kembali muncul.
Dan jika jadi dilakukan di Megawati Soekarnoputri Garden, maka seperti bunga, pertemuan itu tentu diharapkan bisa mekar dan menghadirkan perdamaian, tidak hanya di kawasan Asia, tapi juga seluruh dunia.