Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Ngopi & Ngaliwet, Resolusi Krisis Komunikasi ala Jawa Barat

Kompas.com - 18/05/2017, 18:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Jika dihitung dari Oktober 2016, setengah tahun lebih energi komunikasi massa masyarakat Indonesia umumnya--dan mungkin Jawa Barat--terkungkung dalam sengkarut kebenaran dan pembenaran.

Energi "tak terlihat", yakni benci dan atau cinta berlebihan cenderung buta, membuat gaduh ruang publik ketika respons kerap muncul dari komunikator dan komunikan yang tak saling mengenal--terutama di ranah dunia maya yang memang berkarakter dasar anonim.

Tak pelak, noise komunikasi bermuatan oktan-aura benci dan cinta akut bermunculan, hingga kemudian malah kerap melupakan jati diri karakter komunikan maupun pola komunikasi yang sebelumnya dimiliki. Fragmentasi terjadi karena jati diri diingkari secara kolegial.

Ada sebuah kebanggaan bagi penulis yang tinggal di Bandung dan berdarah Sunda, manakala level "kegilaan" tersebut tak menjalar hebat di Kota Kembang khususnya dan Jawa Barat umumnya, bahkan cenderung tak terpengaruh secara massif dan sistemik.

Benarkah? Izinkan penulis menyodorkan pengalaman pribadi yang cukup menggambarkan fakta di lapangan tentang pengalaman akulturasi harmonis yang hangat, teguh, dan tak lupa jati diri sebagai urang Sunda.

Pengalaman tersebut dituangkan dalam secangkir kopi, terutama di banyak tempat yang jadi persemaian akulturasi dan pertemuan antaretnis, ras, suku, agama, bahkan mungkin mahzab yang berbeda. Kita sebut saja mediumnya: (Kedai) Kopi Purnama di Jalan Alkateri, Kota Bandung.

Kedai yang berdiri sejak tahun 1930-an ini sudah sah menjadi artefak harmonisasi lintas budaya di Bandung karena sepanas apa pun kejadian di luar--seperti Pilkada Jakarta kemarin itu--tak berpengaruh. Adem ayem.

Muslim, Kristiani, Konghucu, hingga Sunda, Tionghoa, Batak, dan lainnya tetap setia mendatangi tempat ini sejak buka rerata jam tujuh pagi hingga sembilan malam demi memburu kopi blend arabika dan robusta medan dengan metode traditional pour (jala penyaring).

Tak ada boikot, apalagi stigma, malah lebih kental dirasakan penulis adalah keinginan makin saling menghormati dan berbagi dari cara paling sederhana. Misalnya berbagi kursi dan meja sesama pengunjung--yang sama anomim dengan karakter dunia maya dan media sosial--akibat padatnya kustomer.

Sudah saling sadar berbagi dan respek, disuguhi pula salah satu kopi terbaik di Kota Bandung dan mungkin Jawa Barat. Lengkap sudah skenarionya, karena derasan kafein melumer di mulut dan berlanjut dengan sebaran zat seretonin yang bikin santai kayak di pantai bagi siapa pun yang merecapnya.

Ngopi bareng dengan banyak pengunjung yang baru bertemu sudahlah pasti menyajikan pula nuansa kesadaran bahwa kita hidup harus mau berdampingan.

Tiada mungkin hidup soliter dengan menafikan berbagai keragaman, sehingga dengan sendirinya kita menekan ego, stres, dan depresi internal.

Sahih betul publikasi laman Kompas.com beberapa waktu silam (baca Rutin Minum Kopi Bantu Redakan Stres hingga Depresi).

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Nasional
Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Nasional
Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Nasional
Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com