Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkumham Minta Polri Usut Oknum Pungli di Rutan Pekanbaru

Kompas.com - 08/05/2017, 21:56 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meminta Polres dan Polda di Riau untuk mengusut dugaan praktik pungli yang dilakukan petugas rumah tahanan Klas IIB Sialang Bungkuk, Pekanbaru.

Ia mendapat laporan bahwa petugas memanfaatkan kondisi rutan untuk memeras tahanan.

"Saya minta kapolda, kapolres, mengusut tindak pidana yang dilakukan. Sakit, tapi harus dilakukan untuk Kemenkumham," ujar Yasonna dalam konferensi pers di Kantor Kemenkumham, Jakarta, Senin (8/5/2017).

Yasonna menganggap, apa yang dilakukan petugas rutan adalah kekejaman.

Sanksi administrasi dianggap tak cukup dikenakan pada oknum petugas yang perilakunya, kata Yasonna, di luar batas kemanusiaan. Ia ingin oknum itu diproses secara pidana.

(Baca: Tinjau Rutan Pekanbaru, Yasonna Anggap Wajar Napi Berontak dan Kabur)

"Tim yang saya kirim sebelumnya saya minta masuk ke dalam. Memang setelah dilihat kenyataannya, ditunjukkan videonya, sudah di luar batas normal, di luar batas kemanusiaan," kata Yasonna.

Ia juga mendengar langsung keluhan pihak keluarga tahanan dan narapidana. Mereka dikenakan tarif tertentu agar kerabatnya yang menjadi tahanan bisa dipindahkan ke sel yang lebih lapang. Mereka juga membayar agar bisa dipermudah saat menjenguk.

Yasonna segera membentuk tim internal yang berfungsi sebagai "mata dan telinga" untuk mengetahui lebih jauh fakta dalam rutan tersebut.

Selain itu, tim sapu bersih pungutan liar juga beraksi secara eksternal.

Hal tersebut, kata Yasonna, menjadi sinyal yang jelas bahwa dirinya tidak akan menoleransi segala macam bentuk pemerasan dan pungutan liar.

"Jangan salahkan saya kalau ada yang tertangkap. Karena kalau tidak dilakukan, borok-borok itu akan memburuk," kata Yasonna.

Dalam kasus ini, Yasonna telah mencabut status Pegawai Negeri Sipil terhadap Kepala Rutan dan Kepala Pengamanan Rutan Klas IIB Sialang Bungkuk.

Ia juga mencopot jabatan Kepala Rutan dan Kepala Pengamanan Rutan Klas IIB Sialang Bungkuk.

Selain itu, ada enam petugas rutan lain yang diturunkan pangkatnya setingkat selama tiga tahun.

Yasonna ingin pengganti petugas yang terkena sanksi mampu membenahi kondisi rutan yang sudah carut marut.

(Baca: Pungli Diduga Picu Kerusuhan, 6 Petugas Rutan Pekanbaru Diperiksa)

"Ini pesan yang saya kirimkan baik di lingkungan pemasyarakatan maupun unit kementerian lain," kata Yasonna.

Dikutip dari Tribunnews.com, Yasonna menyatakan, bahwa napi di rutan Sialang Bungkuk sengaja dikumpulkan dalam satu ruangan, kemudian diperas.

Haji Usman, orangtua salah satu tahanan membeberkan praktek-praktek pungli yang ia ketahui.

Misalnya untuk memindahan anaknya ke ruang tahanan lebih layak ia harus merogoh kocek hingga Rp 7 juta.

Usman menceritakan, ruang tahanan anaknya penuh sesak. Seharusnya, ruangan tersebut dihuni belasan orang namun didiami 80 orang.

"Supaya anak saya bisa pindah ruangan saya harus bayar Rp 7 juta. Kalau tidak bayar kasihan anak saya yang diperlakukan tidak manusiawi," kata Usman.

(Baca: Ratusan Napi di Pekanbaru Kabur, Kepala Kanwil dan Kadiv Pemasyarakatan Riau Dicopot)

 

Selain itu, pembesuk harus membayar Rp 50.000 jika tidak ingin mengantre saat membesuk. Dengan membayar sejumlah uang itupun waktu kunjungan pun bisa lebih lama.

Keluarga tahanan lainnya, Sudirman mengatakan, mekanisme dan prosedur yang terjadi di Rutan yang beralamat di Jalan Sialang Bungkuk, Pekanbaru ini, sudah seperti disetting menjadi bisnis besar di balik penjara.

(Baca: Tahanan Rutan Pekanbaru Sengaja Ditumpuk untuk Diperas)

Belum lagi pelayanan tidak maksimal yang terjadi di dalam rutan. "Di dalam itu airnya kotor, anak saya sampai berkudis. Tapi, saat saya mau antarkan obat yang ukuran kecil supaya kudisnya sehat saja tidak boleh. Belum lagi makanannya,” kata dia.

Kompas TV Keluarga Napi Perlihatkan Bukti Pungli Petugas Rutan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com