JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir setiap hari mereka berada di Istana Kepresidenan Jakarta. Sebab pusat kekuasaan Indonesia tersebut ibarat surga.
Bagaimana tidak, ratusan pohon rindang yang menjadi tempat mereka beraktivitas berdiri kokoh di lingkungan Istana. Mirip hutan di tengah kota.
Setiap pagi dan sore, juga selalu ada pegawai yang memberikan mereka makan. Pepaya, pisang, jagung hingga biji ketapang selalu habis mereka santap.
Ya, mereka adalah burung-burung liar di pohon-pohon Istana.
"Di Istana ini, memang banyak pohon-pohon besar untuk berlindung mereka," ujar Kepala Bagian Peralatan dan Penataan Lingkungan Biro Pengelolaan Istana Sekretariat Presiden, Katino.
"Burung itu satwa liar yang perlu dilestarikan. Burung-burung yang berkeliaran di lingkungan Istana sini, itu di luaran sedikit punah," lanjut dia.
Tercatat, ada tiga spesies burung yang paling banyak tinggal di pohon-pohon lingkungan Istana, yakni tekukur (Spilopelia chinensis), burung betet (Psittacula alexandri) dan burung kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Tim Komunikasi Presiden, Jumat (7/4/2017) lalu, membuat video khusus berjudul 'Kicauan Burung Istana' dan diunggah ke Youtube.
Meneruskan Bung Karno
Keberadaan burung-burung liar di Istana Kepresidenan Jakarta rupanya dilatari sebuah cerita lama.
Di periode tahun 1950-an, Presiden pertama RI Soekarno melepasliarkan burung jenis Betet dan Tekukur di lingkungan Istana.
"Ide beliau, menghargai harkat kebebasan makhluk hidup. Itu menunjukan beliau sangat menghormati kebebasan," ujar Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala saat berbincang santai, akhir pekan lalu.
Burung-burung yang dilepasliarkan Bung Karno itu kemudian ada yang menetap, ada pula yang pergi.
Mereka yang datang, lalu berkembang biak hingga sampai pada masa saat ini.
Di era pemerintahan saat ini sendiri, Presiden Joko Widodo ingin Istana tidak lagi sebatas gedung tempat administrasi pemerintahan berjalan.
Bukan pula sebatas pada pusat kegiatan politik, politik kenegaraan, kantor presiden atau tempat tinggal presiden.
Presiden Jokowi ingin Istana menjadi pusat pengembangan peradaban. Rujukan perkembangan peradababan Indonesia.
"Kebebasan itu adalah salah satu nilai peradaban kita warga Indonesia. Akhirnya rujukan nilai Bung Karno tadi, bagaimana menghargai kebebasan, diteruskan oleh pemerintah sekarang. Kami peliharalah burung-burung itu dengan baik," ujar Djumala.
Nilai-nilai yang ditradisikan Bung Karno itu dinikmati betul oleh Presiden Jokowi. Sekalipun, Jokowi tidak pernah menutup jendela dan pintu Istana Merdeka setiap dia sedang bekerja di dalamnya.
Jokowi membiarkan pintu dan jendela selalu terbuka. Dari sana lah kicau burung yang bebas beterbangan merambat masuk ke dalam Istana. Menemani Presiden yang tengah berkutat dengan persoalan bangsa dan negara.
"Bagi Presiden, yang paling penting itu mendengar suaranya," ujar Djumala.
Meski liar, keberadaan burung-burung tidak pernah dianggap mengganggu.
"Kalau ada kotoran burung, ya tinggal disapu saja kan. Atau ke depan, kami mau kasih pengumuman saja ya, tulisannya 'sedang ada tamu negara' jadi enggak boleh beterbangan di sekitar," seloroh Djumala.
Pengamat dan peneliti burung di Indonesia, Yoyok Hadiprakarsa mengatakan, konsep Istana itu sungguh menarik.
Sebab, tidak banyak kantor pemerintah di tengah yang memikirkan ekosistem seperti itu.
"Istana Kepresidenan akan menjadi sentral untuk urban wild life, dalam hal ini burung, yang nantinya mudah-mudahan bisa terhubung ke kantong-kantong burung di sekitarnya," ujar Yoyok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.