Pada sisi lain, Ganjar tak memiliki konflik yang cukup berarti dengan Ketua PDIP Jawa Tengah, Bambang 'Pacul' Wuryanto. Meski tak dapat dikesampingkan pula, adanya sejarah kurang mulusnya hubungan Ganjar dengan Ketua DPRD Jateng Rukma Setyabudi.
Riak yang kini telah tenang tersebut tak dapat dibandingkan dengan pendahulunya, Bibit Waluyo yang melakukan bunuh diri dini ketika memilih untuk berkonflik dengan PDI Perjuangan dengan menolak berkampanye untuk Mbak Mega yang saat itu menggandeng Prabowo pada Pilpres 2009. Ganjar sejauh ini adalah kader yang patuh.
Kembali, soal isu semen dan E-KTP, bagaimana pun kita tidak bisa menafikan sikap teguh Ganjar, termasuk ketika mengeluarkan keputusan yang kontroversial, didasari adanya dukungan tidak langsung dari Presiden terhadap proyek semen di wilayah Kendeng.
Sisi lain, sekeras apapun upaya kampanye menolak anti semen yang dilakukan sebagian warga Rembang dan Pati dan komponen masyarakat lain, hal itu cukup dijawab dengan menggunakan logika hitungan suara pemilih yang menjadi kunci transaksi politik.
Jika saya hitung, Rembang dan Pati hanya memiliki DPT sekitar 1,5 juta saja alias bukanlah penyumbang suara terbesar bagi PDI, sehingga tak aneh jika Ganjar didukung PDI memilih langkah serupa panzer melindas rintihan masyarakat Kendeng.
Bagaimana dengan isu E-KTP? Sudahlah, bukan mengecilkan peran KPK sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi, namun dengan narasi dramatis sebagai sebuah mega kasus yang telah bergulir selama hampir 6 tahun, akan sulit menjerat seorang Ganjar.
Sebagai catatan, kasus E-KTP sebelumnya sudah dicoba diusut oleh Polri dan Kejaksaan Agung tiada hasil. Kali ini KPK dengan ratusan saksi dan belasan ribu berkas perkara dan ratusan saksi, sejauh ini pun hanya mampu menetapkan dua tersangka. Menjerat Ganjar? Tak semudah itu!
Jadi saya melihat isu semen dan E-KTP, bukanlah isu besar bagi langkah Ganjar untuk mempertahankan kursi Jateng 1. Sampai saat ini syarat mutlak berupa kepatuhan sebagai kader partai telah dilaksanakan dengan baik oleh Ganjar. Boleh dikata, restu Bu Mega dan Mas Jokowi, soal waktu saja. Kecuali ada posisi baru untuknya di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.