JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso menyebutkan, belanja narkotika Indonesia bisa mencapai Rp 72 triliun dalam satu tahun.
Berdasarkan monitoring BNN, ada 72 jaringan yang aktif di Indonesia.
Sementara itu, ada 11 negara yang menyuplai narkotika ke Indonesia dengan berbagai macam jenis.
Narkotika tersebut tidak ada yang diekspor kembali atau hampir semuanya terserap di negara tujuan.
Dalam satu tahun, transaksi narkotika bisa mencapai Rp 3,6 triliun.
"Kalau satu jaringan rata-rata setahun dapat Rp 1 triliun saja, maka belanja narkotika di negara kita Rp 72 triliun dalam satu tahun," ujar Budi, saat mengisi diskusi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2017).
"Ini sangat luar biasa. Dari fakta-fakta yang kami ungkap. Ini jadi keseriusan negara kita," ujar pria yang akrab disapa Buwas itu.
(Baca: BNN: 60 Jenis Narkotika Masuk Indonesia, Baru 43 Diatur UU)
Buwas mencontohkan, suplai sabu dan ekstasi dari Tiongkok cukup besar ke Indonesia.
Secara geografis, kata Buwas, Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan banyak pelabuhan tikus sangat rentan disusupi narkotika dari berbagai penjuru.
Saat ini, tercatat sebanyak 800 jenis narkotika baru di dunia. Sebanyak 60 di antaranya telah masuk ke Indonesia.
Namun, karena terbatasnya laboratorium di Indonesia, baru 43 di antaranya yang bisa diusut secara hukum.
Sedangkan 17 lainnya peredarannya tidak bisa ditindaklanjuti secara hukum.
"Maka ke depan kita harus berpikir ancaman ke depan yang lebih serius karena cepat atau lambat jenis ini akan masuk ke Indonesia," kata Buwas.