Tak berjuang sendirian, Titiek didukung pamannya, Probosutedjo. Bagi yang kurang paham silsilah keluarga Cendana, Probosutedjo adalah adik tiri Soeharto. Probosutedjo adalah pengusaha sukses sejak masa Orde Baru dan menjadi penggagas pendirian Museum Memorial Jenderal Besar HM Suharto di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta.
Probosutedjo dikenal dekat dengan jaringan umat Muslim, juga terkenal sebagai ketua Panitia Nasional Solidaritas Muslim Bosnia (PNSM) yang menggalang dukungan pada solidaritas muslim Bosnia maupun pendirian Masjid Haji Mohamad Soeharto di Sarajevo.
Dan jangan mudah lupa, pasca-pendirian museum Soeharto pada 8 Juni 2013, marak beredar kaos dan sticker bergambar Suharto dengan kata-kata “Piye kabare bro? Penak jamanku tho..” yang artinya kurang lebih adalah “bagaimana kabarnya? masih lebih enak di jaman saya kan,” tak lepas dari peran Probosutedjo mempersiapkan jalan bagi keluarga Soeharto.
Berkat mantra kesuksesan Orde Baru lewat kaos dan sticker bergambar Suharto dan kehadiran langsung Mbak Tutut mendukung kampanye Mbak Titiek rupanya memudahkan calon pemilih memperoleh clue (penanda) yang diperlukan untuk merangkum seluruh informasi yang diperlukan untuk memilih Titiek.
Hasilnya, kerinduan pada Orde Baru akan kondisi Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja dari orang-orang Yogyakarta mengantarkan Mbak Titiek berkantor di Senayan untuk periode 2014-2019 setelah meraup 61.655 suara.
Menjadi wakil rakyat tanpa kiprah yang mencuat, tiba-tiba di tengah panasnya Pilkada DKI 2017 dan menjelang Pemilu 2019, Mbak Titiek sebagai penerus dinasti politik Cendana secara mengejutkan bersandar pada pilihan yang bertentangan dengan keberpihakan Partai Golkar dalam Pilkada DKI.
Kejutan lain adalah kehadiran Tommy Soeharto dalam haul Supersemar yang dihiasi cemoohan terhadap Djarot rupanya berujung pada anjang sana cagub Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Probosutedjo.
Pertemuan yang dilakukan pada 15 Maret malam itu, dengar punya dengar, adalah permintaan maaf Probosutedjo, sebagai pihak yang dituakan oleh keluarga Cendana atas tindakan yang menimpa Djarot selaku tamu yang diundang panitia haul.
Menariknya, sebagai pihak yang lebih muda, pihak Ahok memilih untuk bertamu. Sebuah strategi yang bertolak belakang dengan upaya pihak Anies-Sandi secara jelas mempertautkan diri dengan Cendana, Ahok justru memilih untuk mengkonfirmasi secara resmi pertemuannya dengan sosok di balik kembalinya dinasti politik Orde Baru sebagai sekadar kunjungan kepada orang tua dan bermasalah dengan kesehatan.
Sebagai pilkada berbau Pilpres, bak sedang bermain kartu, tebaran kartu-kartu yang kini dipegang dua cagub-cawagub beserta tokoh-tokoh partai di belakangnya perlahan sedang menyusun kartu terbaiknya. Semoga bukan kartu mati yang dipilih!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.