Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komisi III Minta Menkumham Ajak Jokowi Tinjau Lapas

Kompas.com - 19/01/2017, 19:57 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III Junimart Girsang meminta Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly juga mengajak Presiden Joko Widodo untuk meninjau kondisi lembaga pemasyarakatan.

Menurut dia, Presiden harus melihat langsung kondisi lapas yang sangat menyedihkan.

Hal itu diungkapkan Junimart dalam rapat kerja Komisi III dengan Kemenkumham, Kamis (19/1/2017).

"Pak Menteri tolong arahkan Pak Presiden agar berkunjung ke rutan-rutan, agar berkunjung ke lapas-lapas biar Bapak Presiden tahu, begini lho situasinya," ujar Junimart, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.

Junimart memaparkan, dari hasil kunjungan kerjanya ke beberapa rutan dan lapas, hampir semua kepala rutan dan lapas mengalami stres karena banyaknya permasalahan yang dihadapi.

Rasio petugas rutan dan lapas juga tak seimbang dengan jumlah narapidana.

"Mereka berdoa 5 menit sekali. 'Kami tinggal menunggu, Insya Allah tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Ada 4.200 tahanan di sini, kalau mereka marah kami habis'" ujar Junimart menirukan salah satu keluhan kepala rutan yang dijumpainya.

Selain permasalahan jumlah petugas rutan dan lapas, fasilitas juga dinilai sangat tidak manusiawi.

Politisi PDI Perjuangan itu mengaku sempat berbincang dengan seorang narapidana wanita yang terpaksa harus tidur berdiri dan bergantian dengan rekannya karena kondisi sel yang terbatas.

"Menyedihkan sekali. Semua keluhan tidak ada apresiasi di sana. Sebetulnya ada hal-hal yang Pak Menteri harus segera sikapi," kata dia.

Terkait hal tersebut, Yasonna juga menyampaikan minimnya anggaran Kemenkumham untuk memperbaiki situasi di rutan dan lapas saat ini.

Ia menyebut, pertambahan angka narapidana "mengerikan".

Selama ia menjabat sebagai Menkumham, ada penambahan narapidana hampir 40.000 orang.

Sejumlah rutan dan lapas mengalami over kapasitas.

Kemenkumham butuh anggaran yang besar jika ingin menambah jumlah rutan dan lapas.

Untuk membangun satu lapas dengan kapasitas 1.000 orang saja, kata Yasonna, dibutuhkan biaya Rp 100 miliar.

Jika ditambah dengan fasilitas dan penambahan pegawai bisa menghabiskan anggaran hingga Rp 200 miliar. 

Sementara, lapas kapasitas 5.000 bisa mencapai Rp 1 triliun. Anggaran tersebut belum ditambah biaya makan narapidana.

"Kami nombok di beberapa tempat, makan nombok terus. Karena kecepatan pertambahan napi dengan kemampuan anggaran kita (tidak sebanding). Sehingga pernah Komisi III harus bayar nombok sampai jumlah yang sangat besar. Itu pun dengan menu Rp 15 ribu. Ini kan sangat tidak manusiawi," kata Yasonna.

Sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk meminimalisasi permasalahan over kapasitas lapas yang terus berulang setiap tahunnya.

Upaya itu, misalnya, dengan membangun lapas menggunakan tambahan anggaran yang ada, hingga memperketat rumusan "penghukuman" di rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk meminimalisasi jumlah narapidana baru.

"Paradigma kita tentang penghukuman harus betul-betul dengan konsep restorative justice. Yang kecil-kecil jangan, lah. Tipiring sudah lah kerja sosial saja," kata Yasonna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com