Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Terlibat Kelompok ISIS, Delapan WNI Dideportasi Malaysia

Kompas.com - 11/01/2017, 16:46 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Delapan orang warga negara Indonesia (WNI) dideportasi oleh otoritas keamanan Malaysia melalui Pelabuhan Internasional Batam Center dengan kapal feri MV Marina Lines pada Selasa (10/1/2017).

Mereka dideportasi karena diduga terlibat jaringan terorisme.

"Dari hasil pemeriksaan handphone rombongan itu oleh Imigrasi Singapura, ditemukan foto bergambar bendera ISIS," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Agung Sampurno, dalam keterangan tertulis, Rabu (11/1/2017).

"Sampai di Batam, mereka langsung diinterogasi oleh pihak Imigrasi Kota Batam," ujar dia.

Agung menuturkan, delapan orang itu merupakan guru dan santri dari Pondok Pesantren Darul Hadist, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Mereka berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa (3/1/2017). Setelah tiba di Kuala Lumpur, rombongan WNI itu pergi ke Malaka.

Salah satu anggota rombongan menjalani pengobatan telinga di DR R Venugopal di Malaka. Lalu, pada Kamis (5/1/2017), rombongan WNI melanjutkan perjalanan ke Perlis. Mereka menginap satu malam di Madrasah Daralquran Wal Hadis di Perlis.

Kemudian, pada Sabtu (7/1/2016), rombongan WNI berangkat menuju Pattani, Thailand, untuk mencari madrasah dengan tujuan memahami sistem pendidikan di sana.

Rombongan WNI itu sempat menginap selama satu malam di Masjid Pakistan. Namun, saat rombongan WNI memasuki Singapura pada Senin (9/1/2017) sekitar 03.00 waktu setempat, mereka ditolak oleh Imigrasi Singapura.

Setelah dilakukan pengecekan, ditemukan foto bergambar bendera ISIS dalam salah satu rombongan.

"Pihak Imigrasi Singapura menyerahkan rombongan WNI kepada pihak Imigrasi Malaysia dan selanjutnya pihak Imigrasi Malaysia mendeportasi kedelapan WNI ke Indonesia melalui Kota Batam," ujar Agung.

Menurut Agung, delapan orang itu telah dibawa ke Mako Brimob Kepulauan Riau untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kompas TV Terduga Teroris Menjalani Perawatan di RS Polri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com