Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usulan Moratorium UN, Jokowi Minta Mendikbud Pertimbangkan Hal Ini

Kompas.com - 19/12/2016, 14:57 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo kembali memimpin rapat terbatas terkait usulan moratorium atau penghentian sementara Ujian Nasional yang diusulkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Saat membuka ratas, Jokowi sempat menyampaikan sedikit mengenai capaian pendidikan Indonesia sebagai dasar pertimbangan bagi Mendikbud dalam hal moratorium UN.

Jokowi mengatakan, laporan Program for International Student Assessment (PISA) oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan prestasi Indonesia yang mengalami kenaikan skor ketimbang 2015.

Kenaikan skor itu terjadi baik di bidang sains, membaca, matematika. "Kelihatan sekali melompat tinggi, peningkatan yang cukup tajam," kata Jokowi saat memimpin ratas di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/12/2016).

(Baca: Pemerintah Rencanakan Moratorium Ujian Nasional)

Jika tren ini berlanjut, lanjut Jokowi, maka diperkirakan tahun 2030, pendidikan di Indonesia akan setara dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam OECD.

"Inilah yang saya kira perlu dipertimbangkan oleh mendikbud, bahwa jangan sampai, karena kalau kita lihat di negara-negara lain justru mengalami penurunan skor. Tapi di Indonesia justru skornya naik," ucap Jokowi.

Setelah itu, Jokowi lalu mempersilakan Mendikbud untuk menyampaikan hasil kajian lanjutannya terkait moratorium UN. Rapat lalu digelar secara tertutup.

Ini adalah kedua kalinya Rapat Kabinet dilakukan untuk membahas moratorium Ujian Nasional. Rapat pertama digelar pada Rabu (7/12/2016) lalu.

Usai rapat pertama, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut bahwa usulan moratorium UN tidak disetujui. "Ya, hasilnya usulan moratorium itu tidak disetujui, tapi disuruh kaji ulang," kata Kalla di Istana Wapres, Rabu.

(Baca: Usulan Moratorium Ujian Nasional Ditolak).

Wapres mengatakan, untuk meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataan kualitas pendidikan dibutuhkan banyak upaya.

Pelaksanaan ujian nasional, merupakan salah satu upaya guna mendorong tercapainya target kualitas pendidikan nasional.

Namun beberapa hari kemudian, Sekretaris Kabinet Pramono Anung membantahbahwa moratorium ujian nasional tidak disetujui.

Pramono mengatakan, saat rapat evaluasi ujian nasional memang masih ada perbedaan pandangan di antara para pejabat terkait yang hadir.

(Baca: Beda dengan Wapres, Seskab Bantah Usulan Moratorium UN Ditolak)

Oleh karena itu, Jokowi meminta Mendikbud mempertimbangkan masukan yang muncul dalam ratas dan menyampaikan kajian lanjutan di ratas berikutnya.

"Hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi ujian nasional belum diputuskan dalam ratas tersebut," kata Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (13/12/2016).

Muhadjir sendiri mengaku sudah menampung berbagai masukan, termasuk yang disampaikan oleh Jusuf Kalla.

Menurut Muhadjir, pandangan JK yang ia coba akomodasi adalah standarisasi mengenai kualitas pelajar.

(Baca: Mendikbud Sebut Moratorium UN Tunggu Putusan Formal Presiden)

Ia menjelaskan, alternatif standarisasi sudah disiapkan, seperti ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Melalui USBN, ada standar pelaksanaan ujian sekolah secara nasional.

Namun, sekolah bisa menyesuaikan materi ujian berdasarkan kemampuan masing-masing. Sebab, Muhadjir mengakui kualitas sekolah saat ini juga belum merata.

 

Kompas TV Ujian Nasional Dihapus?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Setelah Bertemu Jokowi, Sekjen OECD Akan Temui Prabowo

Setelah Bertemu Jokowi, Sekjen OECD Akan Temui Prabowo

Nasional
PKS Pecat Caleg di Aceh yang Ditangkap Karena Kasus Narkoba

PKS Pecat Caleg di Aceh yang Ditangkap Karena Kasus Narkoba

Nasional
Achsanul Qosasi Minta Maaf karena Terima Uang 40 M dari Proyek BTS

Achsanul Qosasi Minta Maaf karena Terima Uang 40 M dari Proyek BTS

Nasional
4 Poin Penting PP Tapera: Syarat Kepesertaan hingga Besaran Iurannya

4 Poin Penting PP Tapera: Syarat Kepesertaan hingga Besaran Iurannya

Nasional
DPR Setujui Revisi 4 Undang-Undang sebagai Usul Inisiatif

DPR Setujui Revisi 4 Undang-Undang sebagai Usul Inisiatif

Nasional
Menyoal Putusan Sela Gazalba Saleh, Kewenangan Penuntutan di UU KPK dan KUHAP

Menyoal Putusan Sela Gazalba Saleh, Kewenangan Penuntutan di UU KPK dan KUHAP

Nasional
Achsanul Qosasi Akui Terima Uang dari Proyek BTS: Saya Khilaf

Achsanul Qosasi Akui Terima Uang dari Proyek BTS: Saya Khilaf

Nasional
Warga Kampung Susun Bayam Keluhkan Kondisi Huntara: Banyak Lubang, Tak Ada Listrik

Warga Kampung Susun Bayam Keluhkan Kondisi Huntara: Banyak Lubang, Tak Ada Listrik

Nasional
Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Nasional
Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Nasional
Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Nasional
Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Nasional
Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com