Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fajar Arif Budiman
Pemerhati Kebijakan Publik

Menyelesaikan studi Magister Kebijakan Publik di Universitas Padjadjaran. Saat ini menjadi pemerhati dan peneliti kebijakan publik di Akar Rumput Strategic Consulting

Simulasi Pilpres di Pilgub DKI Jakarta

Kompas.com - 06/12/2016, 21:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Pilgub DKI Jakarta dianggap sebagai babak awal perebutan kekuasaan yang sejatinya akan dilakukan pada tahun 2019 yang akan datang.

DKI Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan titik kunci dalam konstelasi politik nasional. Bukan hanya karena jumlah pemilih yang padat di sana, tetapi juga karena keterlibatan seluruh instrumen politik nasional dalam dinamikanya.

Jakarta sebagai home town politik nasional menarik elite-elite politik nasional untuk turut serta dalam tarik-ulur manuver politik.

Meski terdapat 33 provinsi lain yang juga akan melaksanakan pemilihan kepala daerah, Jakarta merupakan ‘palagan’ yang tidak boleh dilewatkan oleh setiap ‘ksatria’ politik yang akan mencoba ilmunya.

Keterlibatan seluruh instrumen politik dalam perebutan kursi Gubernur DKI Jakarta dianggap mampu memberikan pelajaran baru dalam tren-tren manuver politik yang sedang diuji untuk menghadapi perhelatan politik akbar yang sesungguhnya pada tahun 2019 nanti.

Di Pilgub DKI Jakarta, komposisi koalisi parpol sedang diuji guna menemukan formulasi yang paling tepat. Kehadiran tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta ini secara tidak sengaja menujukan poros politik nasional yang terbagi pada tiga kekuatan besar.

Sebutlah Jokowi dengan rombongan PDI-P di bawah kendali Megawati, Prabowo yang merupakan rival presiden pada pilpres, dan SBY sebagai post power yang masih berusaha menggeliat mengambil porsi dalam peta kekuatan politik nasional.

Ketiga poros kekuatan tersebut beradu taring mengandalkan kekuatannya masing-masing dalam kontes Pilgub DKI Jakarta.

Pada awalnya Pilgub DKI Jakarta terlihat akan datar-datar saja. Ahok Sang Petahana yang tidak memiliki basis partai politik meramu metode komukasi politik pada masyarakat dengan membangun citra yang bersih, anti bandit korupsi, tegas (baca: temperamental), dan mampu menyelesaikan masalah Jakarta.

Hal tersebut membuat Ahok merasa di atas angin hingga berani “sompral” untuk berangkat menjadi gubernur tidak dari partai politk.

Dukungan yang mengalir deras dari masyarakat, terutama dari masyarakat internet, dikapitalisasi oleh partisan bernama “Teman Ahok” yang bergerilya mengumpulkan sejuta KTP DKI Jakarta yang dipersyaratkan untuk menjadi calon perseorangan.

Pada akhirnya setelah deklarasi sejuta KTP, tetap saja Ahok berangkat dengan PDI-P sebagai partai pengusung.

Rival politik tidak berdiam diri begitu saja. Katakanlah Yusril yang mencoba masuk gelanggang namun nampaknya sambutan penonton tidak begitu riuh.

Tidak berhenti di situ, Ahok terus diganggu dengan berbagai cara semisal protes atas penggusuran yang tidak manusiawi, kasus RS Sumber Waras, hingga kasus reklamasi Teluk Jakarta yang berhadapan dengan aktor sekelas Menko Rizal Ramli dan Menteri Susi.

Kasus demi kasus yang bermunculan untuk menumbangkan Ahok berhasil ditepis. Bahkan entah mengapa Rizal Ramli diberhentikan oleh Jokowi dari jabatannya pasca berseteru dengan Ahok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com