PALMERAH, KOMPAS.com - Senin (7/11/2016) kemarin, ada beberapa peristiwa yang menyedot publik pembaca, terutama di seputaran DKI Jakarta. Ada pemeriksaan Basuki Tjahaja Purnama, konferensi pers Buni Yani, dan juga konferensi pers Ahmad Dhani.
Ada pula kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke PBNU, yang diikuti dengan pernyataan sikap dari PBNU. Peristiwa tersebut berpangkal pada satu persoalan dan saling berkaitan.
Dari pengusutan kasus Dimas Kanjeng, sebuah fakta baru terungkap yaitu tentang "mahaguru" yang diciptakan oleh Dimas Kanjeng. Di luar itu, pesan damai dari Buya Syafii Maarif pantas kita simak bersama untuk membuka hari Selasa ini.
Bagi Anda yang tak sempat mengikuti berita-berita kemarin, inilah rangkuman berita yang perlu anda baca:
1. Syafii Maarif Imbau Masyarakat Terima Apa Pun Keputusan Polri Terkait Kasus Ahok
Saat bertemu perwakilan demonstran pada Jumat (4/11/2016), Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menjanjikan pengusutan kasus Ahok selesai dalam dua pekan.
Syafii berharap semua anggota masyarakat bisa menerima apa pun keputusan yang diambil oleh Badan Reserse Kriminal Polri nanti.
"Harus menerima semua dong ya, kecuali kita tidak menghormati hukum, kita jadi bangsa anarkistis. Semua kita harus taat pada proses hukum," kata Syafii saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/11/2016).
Syafii mengaku telah membaca secara utuh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Ia menilai, pernyataan Ahok yang mengutip surat Al Maidah ayat 51 sama sekali tidak menghina Al Quran.
"Kalau kita baca ulang, tidak ada penghinaan," kata dia.
Syafii menilai, masyarakat luas jadi terpancing emosinya karena fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan Ahok menghina Al Quran dan ulama. Ia menyayangkan keluarnya fatwa itu.
"Sudahlah, mari kita saling menghormati proses hukum yang berjalan dengan legawa, jangan macam-macam lagi," kata dia.
Baca selengkapnya di sini.
2. Anies Jelaskan Hubungannya dengan Buni Yani
Anies mengemukakan hal itu untuk mengklarifikasi keberadaan Anies dan Buni dalam sebuah sesi foto. Foto tersebut telah menjadi viral di media sosial.
"Saya tahu, kenal, tapi bukan kenal dekat. Saya hanya tahu muka, kalau nama saya nggak tahu. Pas lihat fotonya saya tahu," kata Anies di Kampung Rawa Lele, Jakarta Barat, Senin (7/11/2016).
Buni Yani mengunggah ke media sosial cuplikan video pidato Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kepulauan Seribu pada akhir September lalu. Cuplikan video itu menjadi kontroversi karena kemudian menimbulkan tuduhan tentang penistaan terhadaga agama oleh Ahok.
Baca selengkapnya di sini.
3. Dimas Kanjeng Rekrut Pengemis Jadi "Mahaguru", Sekali Beraksi Dibayar hingga Rp 15 Juta
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, para mahaguru itu adalah warga Jakarta dari berbagai latar belakang, di antaranya pengemis, buruh, gelandangan, dan penganggur.
"Mereka tinggal di rumah-rumah petak kecil di Jakarta," ungkap Kombes Raden, Senin (7/11/2016).
Saat menjalankan tugas mengisi acara keagamaan bersama Dimas Kanjeng, mereka berpakaian bak seorang ulama.
"Mereka diberi pakaian serba putih, surban, jubah, dan berjenggot," tambahnya.
Saat acara keagamaan, seperti istigasah, bersama para pengikutnya, para mahaguru palsu itu duduk di atas podium bersama Dimas Kanjeng.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga:
Polisi Periksa 7 Mahaguru Dimas Kanjeng
Para Mahaguru Diberi Julukan "Abah" oleh Dimas Kanjeng
4. Diduga Menghina Presiden Jokowi, Ahmad Dhani Dilaporkan ke Polisi
Calon wakil bupati Bekasi itu dilaporkan ke polisi karena diduga melakukan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo.
"Kami (LRJ) dan Projo merasa Ahmad Dhani telah melecehkan dan menghina Presiden pada saat dia berorasi di demo 4 November dengan kata-kata tidak senonoh," ujar Ketua Umum LRJ, Riano Oscha, saat dihubungi Kompas.com, Senin.
Riano menambahkan, laporan ini dibuat atas desakan dari anggota LRJ dan Projo yang menyaksikan Ahmad Dhani menghina Jokowi di muka umum pada saat berorasi di depan Istana Negara, Jakarta, pada Jumat 4 November 2016 lalu.
Simak beritanya di sini.
Baca juga: Rencana Ahmad Dhani Melaporkan Balik Pihak yang Menuduhnya Menghina Presiden
5. Jokowi Kunjungi Kantor PBNU
Presiden Joko Widodo mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (7/11/2016).
Jokowi tiba di lokasi pada pukul 15.30 WIB dengan menumpang mobil RI 1.
Begitu turun dari mobilnya, Jokowi yang mengenakan batik lengan panjang dan peci langsung disambut oleh Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.
Ia langsung dipersilakan masuk menuju ruangan di mana Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan sejumlah pengurus PBNU lain sudah menunggu.
Pertemuan antara Jokowi dan pengurus PBNU digelar secara tertutup.
Jokowi sebelumnya mengaku tengah melakukan konsolidasi politik dan kenegaraan pascademo besar-besaran yang berlangsung pada Jumat (4/11/2016).
Baca selengkapnya di sini.
Usai pertemuan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menyesalkan sikap pemerintah yang lambat melakukan komunikasi dengan rakyat saat aksi unjuk rasa pada Jumat (4/11/2016) lalu.
Dalam unjuk rasa yang dilakukan di sekitar Istana Kepresidenan itu, massa berkumpul untuk menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dianggap menistakan agama.
"Menyayangkan kelambanan pemerintah dalam melakukan komunikasi politik dengan rakyatnya," kata Said Aqil membacakan pernyataan sikap PBNU kepada wartawan, di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (7/11/2016).
Pernyataan tersebut dibacakan Said Aqil usai pertemuan jajaran pengurus PBNU dengan Presiden Joko Widodo.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga:
Ketum PBNU: Tak Tepat Menstigma Aksi 4 November Ditunggangi Pihak Tertentu
Setelah Kunjungi PBNU, Jokowi Akan ke Kantor Muhammadiyah
6. Diperiksa Selama Sembilan Jam, Ahok Mengaku Lapar
Ahok tidak banyak memberi pernyataan. Dia mempersilakan wartawan untuk bertanya langsung kepada penyidik terkait pemeriksaan.
"Mau tahu yang lain, silakan tanya penyidik. Saya mau pulang, udah lapar nih. Terima kasih," kata Ahok sambil tersenyum, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (7/11/2016).
Pimpinan Advokat Sirra Prayuna yang mendampingi Ahok menyatakan, calon gubernur DKI itu memberi keterangan kepada penyidik terkait ucapannya di Kepulauan Seribu.
Dalam pemeriksaan tersebut, Ahok mendapat 22 pertanyaan. Dalam dua kali pemeriksaan, Ahok menjawab total 40 pertanyaan.
"Sembilan jam hampir 22 pertanyaan, ditambah pemeriksaan terdahulu 18 pertanyaan," kata Sirra.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Polisi Akui Dapat Keterangan Utuh soal Pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu
7. Buni Yani Bantah Sunting Video Ahok di Pulau Seribu
"Saya bersaksi demi Allah dunia akhirat tidak mengubah apa-apa dalam video tersebut sama sekali," kata Buni Yani dalam konferensi pers di Wisma Kodel, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (7/11/2016).
Buni geram setelah banyak pihak yang menyebutnya sebagai provokator. Terlebih lagi, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan bahwa Buni Yani berpotensi menjadi tersangka.
Buni mengatakan, sebagai pengajar di perguruan tinggi, ia tak mungkin mengajarkan penyebaran kebencian dan provokasi kepada mahasiswanya.
"Apa yang dituduhkan pihak sana mengada-ada," kata Buni.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Buni Yani: Wah Dipolitisir, Itu Bukan Mengakui Kesalahan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.