Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan 24 Jam

Kompas.com - 29/09/2016, 19:42 WIB

Oleh: Anwar Fuadi

Koran terkemuka The New York Times  (10/2/2016) menurunkan tulisan berjudul ”In Indonesia, Madrassas of Moderation”, yang mengapresiasi Pondok Modern Gontor sebagai pesantren penting dan alumninya banyak menjadi orang berpengaruh di negeri ini.

Kebetulan, September ini Gontor mengadakan syukuran hari jadi yang ke-90 tahun dan dihadiri Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, dan para menteri (Kompas, 20/9).

Apa yang membuat Gontor berdiri teguh selama 90 tahun dan konsisten memberi kontribusi besar? Apa pula pelajaran yang bisa ditarik bagi dunia pendidikan Indonesia?

Bebas memilih warna

Sejak didirikan tahun 1926, Gontor terus melahirkan alumni yang ikut melawan penjajah dan mengisi kemerdekaan. Yang menarik, alumni tidak berkumpul di satu sudut aliran saja, tetapi mereka tersebar di spektrum yang luas, beragam ormas, partai, dan aliran pemikiran, yang tak jarang berkompetisi satu sama lain.

Tidak heran kalau alumninya ada yang menjadi pimpinan Nahdhatul Ulama, tapi juga ada yang memimpin Muhammadiyah. Ada yang jadi pemikir Islam modern, ada pula yang mendalami sufi klasik. Ada yang jadi guru mengaji di kampung-kampung, dan ada pula yang menjadi menteri atau duta besar di sejumlah negara.

Warna-warni alumni Gontor bisa dipahami sebagai konsekuensi langsung dari motonya ”Gontor di Atas dan untuk Semua Golongan” dan penekanan pada spirit kebebasan.

Dalam kurikulumnya, siswa diajarkan beragam mazhab pemikiran fikih dan argumentasi masing-masing. Sementara kiai dan guru tidak pernah mendikte santri untuk mengikut salah satu mazhab tertentu. Lebih luas lagi, siswa bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup.

Jiwa bebas yang positif ini tampaknya yang memungkinkan lulusan kreatif mencari jalan untuk mengabdi di masyarakat.

Pendidikan 24 jam

Sebagai pelengkap diskusi tentang full day school di Indonesia, baik juga kita tengok bagaimana pengalaman Gontor dan pesantren lain menerapkan pendidikan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sejak berabad-abad lalu.

Siswa pesantren di usia SMP dan SMA tidak pulang ke rumah, tetapi tidur, makan, belajar, dan hidup di dalam pesantren, di bawah asuhan guru dan kiai yang juga tinggal di sana. Mereka belajar mandiri, mengurus diri sendiri, mulai dari mencuci baju, mengatur makan, sampai mengatur jadwal belajar.

Salah satu pimpinan Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, mengatakan, inilah pendidikan total. Gontor percaya apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan di dalam pondok adalah pendidikan.

Dengan demikian, kegiatan belajar di kelas, yang berjalan 6 jam sehari, hanya sebagian kecil dari proses pendidikan itu sendiri. Penanaman karakter lebih banyak berjalan di luar kelas, di asrama, di aktivitas ekstrakurikuler, dan dalam interaksi santri dengan kiai, guru, dan teman-teman mereka dari beragam suku dan bangsa.

Ribuan santri Gontor memang berasal dari semua provinsi di Indonesia dan mancanegara, seperti Australia, Singapura, sampai Amerika Serikat. Penanaman karakter ini dirancang terencana dan dikawal dengan penegakan disiplin tegas dan konsekuensi yang jelas. Karakter anak dirawat setiap waktu oleh kiai dan guru yang juga berfungsi sebagai role model(uswatun hasanah).

Estafet nilai

Terlepas dari ketatnya kegiatan pendidikan 24 jam itu, mungkin yang paling menentukan keberhasilan Gontor adalah penggunaan software yang dikenal dengan Panca Jiwa. Setiap awal tahun ajaran, selama sepekan penuh, ribuan santri dan guru dikumpulkan bersama di aula untuk mendengarkan para kiai dan ustaz senior mengestafetkan nilai Panca Jiwa dan meng-install nilai-nilai ini di hati siswa. KH Hasan mengatakan banyak orang yang mewariskan nilai, tetapi nilai itu tidak dipakai dan disebarkan, Gontor tidak mewariskan, tetapi mengestafetkan sehingga bisa diteruskan.

Panca Jiwa yang diterapkan dengan sungguh-sungguh itu meliputi: jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah, dan jiwa kebebasan. Dari softwareini, Gontor berniat melahirkan generasi muda yang berbudi luhur, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas.

Pembentukan karakter

Di usianya yang ke-90 tahun, Gontor bisa menjadi success story bagaimana lembaga pendidikan yang mengutamakan pembentukan karakter akan menghasilkan manusia merdeka yang bermanfaat luas.

Tantangan buat Gontor adalah bagaimana para kiai dan guru senior bisa pula mengestafetkan pengelolaan pondok ke generasi penerus. Patah tumbuh hilang berganti. Jika berhasil, insya Allah di usia ke-100 tahun kelak, Gontor semakin bermanfaat.

Penulis Novel Negeri 5 Menara; Alumnus Pondok Modern Gontor; George Washington 
University; dan Royal Holloway, University of London

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian "Kompas" edisi 29 September 2016, di halaman 7 dengan judul "Pendidikan 24 Jam"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com