Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor, Pemerintah dan Perang Pengetahuan

Kompas.com - 01/09/2016, 22:24 WIB

Andreas Schleicher mengatakan, pendidikan adalah investasi paling bernilai bagi setiap negara. Hanya pendidikan yang mampu menyelamatkan negara. Universitas adalah ujung tombak setiap negara menghadapi dunia yang penuh kompetisi ini.

Ibarat mata air, universitas adalah sumber pengetahuan yang tidak boleh kering. Di sanalah pekerja otak berlindung untuk terus menimba ilmu pada saat ilmu dan teknologi berubah tanpa jeda. Pada era ini jelas, upaya peningkatan ranking universitas di level dunia adalah titik perjuangan terpenting tiap negara.

Salah satu kriteria QS World dalam menentukan ranking universitas di level dunia adalah jumlah riset di publikasi internasional. Sampai di sini, prestasi riset universitas di negeri ini memang mencemaskan. Indonesia, negara yang begitu besar, hanya ranking ke-61 survei SCImago lab (www.scimagojr.com). Kalah jauh dari Singapura ranking ke-32, Malaysia ke-37 dan Thailand ke-43.

Dalam perang pengetahuan ini, harus jelas siapa pasukan elite terdepan di negeri ini. Nah, di sini tingkatan gelar mulai menunjukkan perbedaan peran dan tanggung jawab. Doktor saat pengukuhan disebut seorang yang amat terpelajar. Dia menyerahkan hidupnya demi keilmuan dan kebenaran. Dia terdepan menjaga kemuliaan bangsanya. Sepenuh waktu berada di laboratorium, meneliti, menemukan hal-hal baru agar bangsanya terbebas dari ketertinggalan.

Kehormatannya diukur dari kualitas dan kuantitas produk keilmuannya. Artinya, seorang yang bergelar doktor bukan lagi knowledge consumer, melainkan knowledge producer. Merekalah pasukan elite terdepan bangsa dalam perang pengetahuan.

Akademisi paripurna

Profesor? Dia adalah akademisi paripurna yang kredibilitasnya telah teruji. Dengan gelar guru besar, dia mendapat legitimasi untuk memimpin negerinya menghadapi knowledge war. Dialah yang memilihkan ilmu yang terbaik dan terkini untuk didistribusikan kepada anak didiknya agar mampu menghadapi perubahan dan tantangan zaman.

Alvin Toffler menyebut, seorang akademisi memiliki hak khusus (privilege) dalam menyatakan kebenaran. Sebab, dia adalah golongan orang yang terbebas dari segala kepentingan, kecuali kepentingan keilmuan dan kebenaran. Namun, pesan Alvin Toffler itu juga mengingatkan bahwa ancaman potong gaji bukan cara tepat untuk menghidupkan kembali dunia akademis.

Muir Gray juga mengingatkan performa tidak ditentukan oleh faktor tunggal (baca: gaji dan tunjangan) karena banyak faktor lain ikut menentukan. Misalnya, apakah universitas di negeri ini telah memiliki suasana kondusif untuk para peneliti? Tidak akan ada penelitian bermutu lahir dari ancaman dan paksaan.

Semua yang terbaik adalah hasil dari seseorang yang memang berkehendak. Tampaknya teoriself-esteem perlu dikaji kembali, tetapi jelas tata cara seleksi profesor perlu dinilai ulang.

Universitas ialah bagian paling strategis pada era perang pengetahuan. Matinya dunia akademi adalah pertanda punahnya satu bangsa. Jika Anda bertanya kepada rakyat di negeri jiran: ”Apakah pemerintah Anda telah berbuat yang terbaik untuk perkembangan universitas?”. Jawaban mereka akan jelas dan bangga. Namun, jika Anda mengajukan pertanyaan serupa di negeri ini, siapa yang harus menjawab?

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian "Kompas" edisi 1 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Profesor, Pemerintah dan Perang Pengetahuan"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com