Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPIH Tak Segan Tindak Katering yang Bahayakan Jemaah Haji

Kompas.com - 01/09/2016, 15:34 WIB

MEKKAH, KOMPAS.com - Tim Katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak segan-segan untuk menjatuhkan sanksi kepada perusahaan katering yang melanggar kontrak sehingga membahayakan kesehatan jemaah.

Hal itu ditegaskan oleh Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis di Mekkah, seusai melakukan peninjauan langsung pada proses produksi makan malam jemaah haji di tiga dapur perusahaan katering.

"Secara acak setiap hari kita melakukan survei, dan hasilnya kita sampaikan langsung kepada perusahaan katering terkait," kata Sri, dikutip dari Antara, Kamis (1/9/2016).

Menurut Sri, tim katering telah mengeluarkan surat peringatan pada perusahaan katering yang dinilai melanggar kesepakatan dalam kontrak. Pelanggaran itu misalnya menghasilkan makanan yang tidak layak atau proses distribusi yang terlambat.

"Kemarin tercatat ada makanan yang dinilai tidak layak untuk dikonsumsi jemaah haji. Kami periksa dan kemudian kami hentikan pendistribusiannya," ujarnya.

Segera setelah ditetapkan bahwa makanan tersebut tidak layak maka, kata Sri, timnya memberi perusahan itu surat peringatan pertama.

"Lalu kami minta mereka segera menggantinya dengan yang baru karena jemaah ini tetap harus memperoleh makan," kata Sri.

Jika perusahaan tetap melakukan pelanggaran maka akan dikeluarkan surat teguran kedua yang mengharuskan perusahaan katering selain mengganti makanan juga membayar 50 persen dari harga makanan yang tidak layak.

Kemudian teguran ketiga, kata Sri, adalah pemutusan kontrak. Apabila ada perusahaan yang diputus kontraknya maka beban perusahaan itu akan didistribusikan kepada perusahaan-perusahaan katering yang lain berdasarkan peringkat kesuksesan.

Selain menemukan makanan yang tidak layak di Sektor Empat pada pekan ini sebuah perusahaan katering juga terpaksa mengganti makanan karena insiden dalam proses distribusi.

Pengawasan katering secara ketat tersebut dilakukan agar tidak ada jemaah yang jatuh sakit gara-gara mengonsumsi makanan yang tidak layak.

Selain diperkuat oleh para pakar kuliner dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, tim katering dalam menjalankan fungsi pengawasan juga didampingi oleh petugas sanitasi dan surveilans.

Sementara itu dalam peninjauan kali ini, Sri melihat langsung proses produksi di perusahaan Natab, Hanan dan Al Raghaeb.

Ia menilai ketiga perusahaan itu telah memproduksi makanannya sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kontrak, termasuk penggunaan juru masak dan bumbu dari Indonesia.

Terkait rasa, Sri juga menilai masakan yang disajikan telah sesuai dengan selera Indonesia.

Pada musim haji tahun ini Indonesia bekerja sama dengan 23 perusahaan katering dengan distribusi kewajiban antara 5.000 hingga 24.000 porsi. Tiga dapur yang ditinjau pada Rabu (31/8) memiliki kapasitas 5.000-7.500 porsi.

Selama berada di Makkah, jemaah haji akan memperoleh dua kali makan selama 12 hari.

Kemudian, selama berada di Arafah, Muzdalifah dan Mina, jemaah akan memperoleh 15 kali makan serta satu kali makanan ringan yang berupa roti manis, kurma, mie instan, jus buah, dan air.

(Gusti NC Aryani/ant)

Kompas TV Persiapan Tenda Wukuf Mencapai 40%
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com