JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan dua mahasiswi Indonesia yang ditangkap karena dituduh terkait Gullen sebenarnya bukan target penangkapan otoritas Turki.
Menurut Iqbal keduanya ditangkap pada Kamis (11/8/2016) lalu di sebuah rumah yang dikelola oleh Yayasan Pasiad.
"Awalnya dua mahasiswi itu bukan target aparat keamanan, namun karena berada dalam satu rumah dengan beberapa orang yang menjadi target, keduanya ikut ditangkap," ujar Iqbal melalui keterangan tertulisnya, Jumat (26/8/2016).
(Baca: Dua Mahasiswi yang Dituduh Terkait Gullen Sudah Berada di Rumah Dubes RI di Ankara)
Dua mahasiswi Indonesia berinisial DP dan YU akhirnya dibebaskan oleh pihak otoritas Turki, Kamis (25/8/2016) malam.
Iqbal menuturkan keduanya dibebaskan setelah tidak terbukti memiliki kaitan dengan kelompok Hizmet/FETO yang ditengarai mendalangi kudeta di Turki.
Menurut Iqbal, keduanya diserahkan langsung oleh Jaksa Penuntut Umum kepada pejabat konsuler KBRI yang datang ke kota Bursah.
"Saat ini kedua mahasiswi tersebut berada di kediaman Duta Besar RI di Ankara," ungkapnya.
Sementara itu Duta Besar RI di Ankara mengatakan, DP dan YU dalam keadaan sehat meski tampak kelelahan.
"Mereka dalam keadaan sehat meski tampak kelelahan. Keduanya sudah sempat berbicara langsung dengan orang tua masing-masing melalui telepon", ujar Wardana.
Sebelumnya, DP dan YU ditangkap sejak 11 Agustus 2016 di rumah tinggalnya di kota Bursa, Turki. Pemerintah Indonesia sempat menyampaikan desakan agar otoritas Turki menjelaskan alasan dari penangkapan itu.
Sejak penangkapan dilakukan, KBRI terus melakukan pendekatan ke sejumlah pejabat tinggi Pemerintah Turki.
Menlu Retno dua kali melakukan pembicaraan langsung melalui telepon dengan Menlu Turki dimana pembebasan kedua mahasiswi menjadi salah satu topik pembicaraan.
(Baca: Pemerintah Aceh Pantau Keberadaan Mahasiswi yang Ditangkap Pemerintah Turki)
Pasca-kudeta yang gagal di Turki, KBRI terus menyampaikan imbauan agar mahasiswa/pelajar WNI lebih berhati-hati, menghindari kontak dengan mereka yang terkait/terafiliasi ke ulama Ferhulah Gullen dan segera keluar dari fasilitas-fasilitas yang dikelola oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan itu.
KBRI terus berkomunikasi dengan Pemerintah Turki dalam rangka memastikan keselamatan seluruh WNI di Turki, khususnya para pelajar/mahasiswa penerima beasiswa Pasiad.
Saat ini sekitar 35 pelajar penerima beasiswa Pasiad ditampung di kediaman Duta Besar RI Ankara. Selain alasan keamanan, para WNI ditampung karena mereka sudah tidak lagi menerima uang beasiswa dari Yayasan Pasiad.