Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes: Belum Ada Kelompok Mengaku Penculik Pelaut Indonesia

Kompas.com - 15/08/2016, 23:58 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno menjelaskan, belum ada kelompok yang mengaku melakukan penculikan terhadap seorang pelaut Indonesia yang menjadi kapten kapal berbendera Malaysia saat berada di perairan antara Malaysia dan Filipina.

"Sampai hari ini, belum ada yang mengaku menculik kapten kapal saat mencari ikan di perairan antara Malaysia dan Filipina," kata Dubes Herman di Gedung KBRI Kuala Lumpur, Senin, ketika dimintai keterangan mengenai perkembangan kasus penculikan WNI tersebut.

Menurut dia, KBRI Kuala Lumpur bersama dengan Konsulat Jenderal Kota Kinabalu, Konsulat Tawau terus melakukan koordinasi dengan pihak keamanan Malaysia seperti PRDM dan Escom.

"Dalam kasus ini, kita tunggu hasil kerja sama antar negara yang diharapkan menghasilkan sesuatu yang positif," ungkap dia.

(Baca: Hikmahanto: Kapal Malaysia yang Dibajak, Adil Tidak kalau Hanya Pemerintah Indonesia yang Turun?)

Dengan adanya kasus tersebut, kata Dubes Herman, pihaknya melakukan sosialisasi terhadap warga Indonesia yang bekerja di wilayah Kota Kinabalu ataupun Tawau, Sabah agar berhati-hati.

"Kepada para TKI di Sabah dan Tawau diminta berhati-hati dalam menjalani pekerjaan di wilayah tersebut agar tidak menjadi korban perampokan seperti yang dialami sejumlah WNI," katanya.

Ketika ditanya kondisi korban penculikan, Dubes menjelaskan, dari sejumlah informasi yang diterima, bahwa korban dalam kondisi baik.

"Kita memang belum pernah mendapatkan informasi langsung tentang kondisi korban, tapi dari informasi yang dikumpulkan, korban dalam kondisi baik," kata dia.

(Baca: Kronologi Penculikan WNI dan Pembebasan 2 ABK di Malaysia)

Begitu pula lokasi keberadaan korban juga tidak diketahui. Namun dari hasil pemantauan, penculik dan korbannya sudah berada di wilayah Filipina.

Sementara itu, mengenai adanya informasi bahwa para penculik kembali meminta uang tembusan kepada majikan, juga dipantau perkembangannya.

"Ada kabar pihak penculik menghubungi majikan kapal untuk meminta uang tebusan. Tapi saat akan ditelepon balik tidak tersambungkan," ucap dia.

Sementara itu, kasus penculikan ini terjadi tanggal 3 Agustus lalu. Awalnya terdapat tiga orang di kapal tersebut. Kemudian dua orang diantaranya dilepas dengan harapan bisa menyampaikan bahwa penculik minta tebusan uang sekitar 10 ribu ringgit.

Namun, permintaan uang tebusan tersebut tidak terpenuhi, dan para perampok pun menyandera kapten kapal berbendera Malaysia tersebut dan sampai saat ini korban belum diketahui keberadaannya.

Kompas TV Melawan Aksi Pembajakan & Penyanderaan Abu Sayyaf
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Projo: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com