Menurut Mikke, salah satu hal terpenting dalam melihat sebuah lukisan yaitu pada detail. Masing-masing lukisan memiliki makna sejarah berbeda-beda, dan menggambarkan suasana yang berkembang ketika lukisan itu dibuat.
Lukisan Henk yang dibuat di era penjajahan Jepang kala itu, menggambarkan kekuatan perjuangan yang begitu besar.
Tak hanya perjuangan ketika menghadapi penjajahan, melainkan juga bagaimana mempertahankan dan mengisi negara pasca-kemerdekaan itu.
"Dalam perspektif perjuangan hampir tidak bisa dikatakan tidak berharga," kata Mikke.
Lukisan "Memanah" barangkali menjadi menjadi salah satu saksi sejarah penting bagi bangsa Indonesia yang akan berulang tahun yang ke-71 pada 17 Agustus mendatang.
Lukisan itu sebelumnya menjadi latar belakang ketika Soekarno membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Di samping itu, lukisan ini juga menjadi latar belakang ketika konferensi pers perdana digelar oleh bangsa yang baru merdeka ini, saat itu.
"Itu berharga sekali, berharga tinggi," ujarnya.
Presiden Joko Widodo ketika membuka pameran lukisan Istana Kepresidenan pada 1 Agustus lalu, berujar bahwa banyak koleksi Istana yang memiliki sejarah sendiri.
Setidaknya, hampir 3.000 koleksi yang tersimpan di seluruh Istana Kepresidenan yang dimiliki Indonesia.
Akan tetapi, dari ribuan koleksi yang ada, hanya sedikit lukisan yang bisa terpajang di dinding Istana. Selebihnya, lukisan-lukisan itu tersimpan di gudang Istana.
"Kalau hanya disimpan di Istana masyarakat tidak bisa menikmati, masyarakat tidak bisa mengapresiasi sehingga masyarakat tidak merasa ikut memiliki. Inilah kenapa pada hari ini kami pamerkan," kata Jokowi.
Sementara itu, bagi Nasya dan Putri, melihat koleksi Istana merupakan kesempatan yang langka.
Mereka yang kini masih duduk di bangku kelas tiga salah satu SMA di Jakarta itu, berharap, agar pameran ini dapat diselenggarakan setiap tahunnya dengan menampilkan koleksi-koleksi yang berbeda.
"Ini karya sejarah. Enggak semua orang bisa menikmatinya. Kami penginnya ini bisa diadakan lagi tahun depan," ucap Nasya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.