Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Perjalanan Humprey Ejike, WN Nigeria yang Dieksekusi Mati

Kompas.com - 29/07/2016, 05:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -Kejaksaan Agung telah mengeksekusi mati empat terpidana dari 14 narapidana hukuman mati yang direncanakan sebelumnya. Eksekusi mati dilakukan di LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016) dini hari.

Salah satu napi yang dieksekusi yakni Humprey Ejike, warga negara Nigeria. Dilihat dari catatan kejahatannya, Humprey adalah seorang bandar narkoba yang tak pernah kapok. 

Meski sudah berada di balik jeruji besi, dia masih mampu mengendalikan peredaran narkoba hingga ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

Awal perjalanan kejahatannya, saat ditangkap di Depok, Jawa Barat pada 2003 karena kedapatan memiliki 1,7 kilogram heroin.

(Baca: Untuk Sementara, Terpidana yang Dieksekusi Mati Hanya 4 Orang)

Penangkapan terhadap Ejike dilakukan di salah satu restoran di Depok, tidak tanggung-tanggung nilai heroin yang dimilikinya itu, mencapai Rp 8 miliar.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Aksi solidaritas yang tergabung dalam Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat menyalakan 1000 lilin saat aksi damai di Depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/7/2016). Aksi damai tersebut meminta agar pemerintah menghentikan pelaksanaan eksekusi mati terhadap keempat belas terpidana mati dari berbagai negara.

Meski sudah ditahan, Ejike kembali beraksi mengedarkan barang haram dan ditangkap oleh BNN pada November 2012.

Portal hukumanmati.web.id yang dikelola Insitute for Criminal Justice Reform (ICJR) mencatat perjalanan kasus Ejike ini.

Berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Humprey Ejike alias Doctor dengan tanpa hak dan melawan hukum mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual mengeluarkan, menjual, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika Golongan I, berupa narkotika jenis heroin. 

(Baca: Usai Dieksekusi, Jenazah Terpidana Mati Akan Dibawa ke Sejumlah Lokasi Ini)

Terdapat informasi dari masyarakat bahwa Restoran Recon sering digunakan Ejike sebagai tempat transaksi narkotika, khususnya heroin.

Penyidik menemukan pula lima kaos kaki yang masing-masing berisi heroin dengan berat bruto keseluruhannya 1,7 kilogram. Ejike menyimpan heroin tersebut di dalam kasur "spring bed" di kamar tidurnya dengan maksud untuk dijual.

Ejike akhirnya diputus hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Putusan itu kemudian diperkuat oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Mahkamah Agung juga menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi terdakwa dan juga menolak peninjauan kembali yang diajukan pada 2007.

Pada Jumat (29/7/2016) dini hari, Ejike akhirnya dinyatakan meninggal dunia setelah menghadapi regu tembak yang melakukan eksekusi mati  LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Jenazah Ejike rencananya akan dikremasi di Banyumas, Jawa Tengah.

Kompas TVIni Empat Terpidana yang Dieksekusi Mati
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Seluruh Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Seluruh Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com