Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reformasi Internal MA Sebaiknya Libatkan Lembaga Lain

Kompas.com - 04/07/2016, 16:19 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mahkamah Agung diminta melibatkan lembaga eksternal untuk melakukan reformasi pada semua lembaga peradilan di bawahnya.

Pelibatan lembaga lain dinilai lebih mengedepankan transparansi dan menunjukkan keseriusan MA dalam memberantas mafia hukum.

"Melibatkan lembaga lain ini penting untuk menjaga akuntabilitas," ujar peneliti Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (Mappi) Dio Ashar saat dihubungi, Senin (4/7/2016).

Menurut Dio, MA bisa saja bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebagai contoh, kata dia, MA dapat meminta KPK untuk memberikan masukan terkait fungsi pengawasan hakim dan panitera pengadilan.

KPK dapat membantu MA lebih memahami modus-modus korupsi, dan pemetaan berbagai kerawanan korupsi di lembaga peradilan.

Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief mengatakan, KPK selalu siap untuk bekerja sama dengan MA.

Kerja sama yang bisa dilakukan, di antaranya, mengadakan program capacity building bagi para hakim.

 

Selain KPK, lembaga lain yang dapat diajak bekerja sama adalah Komisi Yudisial. Peran KY dalam mengawasi hakim dinilai sejalan dengan rencana reformasi internal MA.

Menurut Dio, KY dapat diminta untuk membantu membenahi sistem dan sumber daya manusia dalam lembaga peradilan.

"Selain sama-sama lembaga yudikatif, KY memang tugasnya menjaga marwah dan martabat hakim," kata Dio.

Pada Kamis (30/6/2016), KPK kembali menangkap Muhammad Santoso, panitera pengganti di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Padahal, dua bulan sebelumnya, KPK baru saja menangkap Edy Nasution, panitera di PN Jakarta Pusat, atas dugaan menerima suap terkait perkara hukum.

Penangkapan ini dinilai memperpanjang daftar pegawai pengadilan yang terduga terlibat kasus korupsi.

Menurut Koalisi Pemantau Peradilan, hal ini menandakan bahwa lembaga pengadilan sedang dalam kondisi darurat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com