Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dua Terpidana Teroris Bicara Soal Arti Jihad yang Menyimpang...

Kompas.com - 28/06/2016, 21:23 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ali Imron dan Jumu Tuani menceritakan pengalamannya selama masih terlibat aktif dalam kelompok teroris dan mengungkapkan pandangan mereka dalam memaknai Jihad saat itu.

Mereka adalah mantan terpidana kasus teroris yang kini tengah menjalani proses deradikalisasi untuk mengubah pola pikir jihadnya. Mereka kali ini menjadi pembicara dalam acara Wahid Institute yang bertajuk Peran Islam Untuk Perdamaian Indonesia di Masjid Al Fataa, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).

Ali adalah terpidana hukuman seumur hidup dalam kasus bom Bali 2001. Dia berperan membawa mobil van yang berisi bahan peledak. Di dalam peristiwa itu, warga Australia yang paling banyak menjadi korban yakni 88 warganya tewas.

Sedangkan Jumu Tuani adalah mantan komandan Komando Pusat Jihad Maluku. Dia sempat terlibat dalam konflik Ambon 1999-2003.

Kisah soal doktrin yang ditanamkan kelompok teroris pertama kali diutarakan oleh Ali Imron. Dia mengisahkan keterlibatanna bergabung dengan kelompok itu karena diajak oleh sang kakak, Ali Gufron dan Imam Samudera.

(Baca: Ketika Ali Imron Temui Keluarga Korban Bom Bali)

Kedua orang itu merencanakan peledakan dua kafe di kawasan Legian, Bali. Ali Imron mengaku ada yang salah dari tindakan itu karena tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun, ia tetap mengikuti instruksi kakaknya.

Setelah kejadian, Ali akhirnya menyadari bahwa makna Jihad dalam Islam bukan berarti diperbolehkan untuk membunuh orang lain.

"Saat saya diajak melakukan aksi bom di Bali, sebenarnya saya sudah menolak karena menurut saya target kami saat itu orang-orang tidak bersalah. Sedangkan kata Ali Gufron, aksi itu untuk balas dendam kepada Amerika kerena telah menyerang Afghanistan," ujar Ali Imron.

(Baca: BNPT: 500 WNI Menuju Suriah untuk Gabung ISIS)

Sedangkan Jumu Tuani mengajak masyarakat yang hadir untuk melawan pengaruh paham ISIS dan paham radikalisme agama lainnya yang saat ini menjadi ancaman serius di Indonesia.

Dalam pemaparannya, pria yang pernah terlibat langsung dalam konflik kemanusiaan di Ambon sejak tahun 1999-2003 ini menilai, paham radikal ISIS telah melenceng dari ajaran Islam yang sesungguhnya.

"ISIS adalah khawarij (ajaran yang menyimpang) tidak sesuai dengan ajaran Islam," ungkap Jumu.

Islam ajarkan kedamaian

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan bahwa kajian ramadhan tersebut digelar agar masyarakat memahami makna sebenarnya dari jihad yang diajarkan oleh Islam.

Menurut dia, Islam memiliki hukum (fikih) Jihad di mana saat perang ada larangan untuk membunuh orang-orang yang tidak bersalah seperti orang asing di luar Islam yang tidak terlibat perang, perempuan, dan anak-anak.

Yenny menuturkan selama ini di mata dunia Internasional, Islam telah diidentikan dengan kekerasan, kekejaman, dan terorisme. Padahal, Islam itu mengajarkan tentang perdamaian.

Oleh sebab itu, jihad harus dimaknai sebagai upaya syiar ajaran agama Islam, menyebarkan teladan Nabi Muhammad SAW secara damai. Yenny pun berpendapat, masih banyak masalah yang dialami oleh umat Islam.

Maka Jihad pun harus dilakukan untuk mengembalikan wajah Islam tanpa terkait dengan terorisme dan kekerasan

"Saya juga sering jihad ke luar negeri mensyiarkan ajaran islam bisa membawa rahmat bagi dunia. Menyebarkan teladan Nabi secara damai. Saat ini Islam dilihat sebagai agama yang keras, kejam dan dekat dengan terorisme. Inilah upaya saya untuk menyiarkan pesan-pesan perdamaian," ujar Yenny.

Kompas TV Teroris Berencana Teror Surabaya Kayak Thamrin?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com