JAKARTA, KOMPAS.com — Loren Marinus Petrus Rumawi, salah satu anak buah kapal (ABK) kapal tunda Henry yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf, mengaku diperlakukan lebih kejam daripada sepuluh warga negara Indonesia (WNI) yang bebas sebelumnya.
Dia mengaku tak tahu sama sekali karena tiba-tiba saja ada kapal kecil berisi para perompak yang kemudian menyandera mereka. Dari sepuluh ABK yang ada di kapal tunda Henry, para perompak memilih secara acak empat orang yang akhirnya ditawan.
Selama ditawan, Loren mengaku diperlakukan secara kejam. Untuk makan saja, empat WNI ini hanya diberi makan sekali dalam dua hari. Tak hanya itu, mereka juga setiap harinya selalu berpindah tempat.
(Baca: ABK Kapal Tunda Henry: Setiap Hari, Kami Ditunjukkan Video Tawanan Dipenggal)
"Tangan kami setiap harinya diikat, dan kalau makan cuma dilepas satu ikatan. Jadi, kami makan cuma pakai satu tangan," ujar Loren saat proses penyerahan dari Kementerian Luar Negeri kepada pihak keluarga ABK, Jumat (13/5/2016).
Loren menambahkan, dirinya hanya diberi makan nasi dan kelapa kering. Itu pun belum tentu setiap hari. Dia merasa sangat tertekan setiap harinya.
"Proses pembebasan sangat sulit. Namun, dengan keyakinan, kami percaya Tuhan baik. Kami pun ditunjukkan jalan keluar. TNI baik dan hebat, dan sangat membantu dalam pembebasan," kata Loren.