JAKARTA, KOMPAS.com — Meski semua WNI yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf sudah dibebaskan, Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang sedang bersiaga di Tarakan, Kalimantan Utara, masih akan terus disiagakan.
Hal itu disampaikan oleh Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi selaku kepala operasi penyelamatan WNI yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di perairan Filipina selatan.
"Pasukan masih akan disiagakan di Tarakan. Saya masih menunggu perintah lanjutan dari Panglima TNI terkait pergerakan pasukan," kata Edy beberapa saat setelah mendarat bersama empat WNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
(Baca: Menlu: Hasil Pemeriksaan, Kondisi 4 WNI Sehat)
Ketika ditanya apakah penyiagaan PPRC di Tarakan terkait patroli bersama antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia yang menjadi hasil dari pertemuan trilateral di Yogyakarta, Edy mengaku tak memiliki wewenang menjawab pertanyaan itu.
"Saya sendiri tidak tahu apakah penyiagaan PPRC terkait patroli bersama pengamanan perairan ketiga negara apa tidak, coba langsung tanyakan saja ke Panglima TNI karena itu wewenang beliau," ujar Edy.
Sebelumnya sebanyak 3.274 personel PPRC TNI diberangkatkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Awalnya, TNI mengatakan, pemberangkatan tersebut bertujuan untuk menggelar latihan siaga operasi pengamanan obyek vital nasional di Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis (3/3/2016).
(Baca: Pangkostrad: Tak Ada Pembayaran Uang Tebusan dalam Pembebasan 4 WNI)
Dalam latihan itu, satuan TNI, baik Kostrad, Kopassus, TNI AL, maupun TNI AU, termasuk Gugus Tempur Armada Kawasan Timur (Guspuraltim) terintegrasi dalam satu latihan.
PPRC TNI adalah pasukan pemukul TNI untuk menghadapi kondisi darurat di seluruh wilayah NKRI, yang bergerak atas keputusan pemegang otoritas politik.
Meski pihak TNI sempat membantah keberadaan PPRC di Tarakan untuk bersiap membebaskan sandera, hingga kini PPRC TNI melalui lima armada kapalnya turut serta dalam pembebasan WNI yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf.
Dalam pembebasan empat WNI, Kamis (12/5/2016), PPRC turut berpatroli hingga ke Pulau Data untuk mencari perkembangan terbaru kondisi empat WNI yang disandera.
Mereka pun turut melakukan penjemputan dan pengamanan saat proses serah terima empat WNI yang disandera berlangsung di perairan Filipina selatan menggunakan KRI Surabaya dan KRI Ajak.