Sekitar pukul 10.00 WIB, Dicky tiba di RSPP. Dokter kembali mengatakan bahwa kondisi Pak Harto semakin menurun.
Bahkan, dokter menyebut wafatnya Pak Harto tinggal menunggu waktu.
"Saya ingat sekali saya lima kali bolak-balik, keluar masuk rumah sakit. Nah, pas masuk ke rumah sakit yang terakhir, dokter menyatakan bahwa Pak Harto sudah meninggal dunia," ujar dia.
Tak bisa bohong
Dicky kemudian keluar dari rumah sakit lagi untuk mempersiapkan personel pengamanan tambahan. Dia juga berkoordinasi dengan TNI yang turut mengirimkan pasukan.
Saat itu, dia adalah perwira polisi tertinggi yang ada di RSPP. Rupanya, gerak-gerik Dicky terpantau puluhan awak media yang menunggu di rumah sakit.
Dicky merasa para wartawan curiga dirinya sibuk berkoordinasi melalui handy talkie untuk menambah personel.
"Mungkin ada sekitar 100 wartawan tiba-tiba mengerubuti saya, bertanya, ada apa Pak? Kok ada personel tambahan segala. Ya, saya jujur saja. Saya bilang, Pak Harto meninggal dunia pukul 13.10 WIB. Saya tidak bisa membohongi publik saat itu. Karena memang saya tahu dari dokternya langsung," ujar Dicky.
Dicky merasa semua terjadi demikian cepat. Kabar duka mantan presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun itu pun bukan datang dari keluarga atau bahkan petinggi negeri, melainkan dari mulut seorang Kepala Polsek Kebayoran Baru berpangkat komisaris polisi.
Aksinya itu pun tidak lantas membuat dirinya kena teguran dari keluarga atau atasannya. Tidak juga ada apresiasi. Karier dan kehidupan selanjutnya berjalan apa adanya.