Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemred "Indopos" Akui Pencitraan Kementerian ESDM Saat Gejolak Kenaikan BBM

Kompas.com - 23/11/2015, 17:55 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemimpin Redaksi Indopos M Noer Sardono alias Don Kardono mengaku, pemberitaan pencitraan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di harian Indopos dimulai sejak Januari 2012.

Saat itu, kata Don, Indonesia tengah dihantam wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

"Kalau tidak salah lagi ada rencana kenaikan harga BBM sehingga kementerian ini akan disorot publik. Ini karena dari tahun ke tahun yang muncul adalah demo, dan publik tidak tahu posisi negara seperti ini," ujar Don saat bersaksi dalam sidang terdakwa mantan Menteri ESDM, Jero Wacik, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (23/11/2015).

Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM saat itu, Waryono Karno, mengajak Don menjalin kerja sama untuk membantu pencitraan di tengah krisis kepercayaan masyarakat atas kenaikan BBM.

Don mengatakan, setiap pemberitaan mengandung sisi positif dan negatif, tergantung cara media mengemasnya. (Baca: Saksi Mengaku Tagihkan Biaya Acara Ulang Tahun Istri Jero ke Kementerian ESDM)

"Misal kenaikan harga minyak. Kalau negatif, angle-nya bagaimana rakyat akan semakin sengsara, harga turun naik, yang itu menyulitkan masyarakat. Di sisi lain, positifnya, kenaikan harga tidak bisa dihindari karena beban negara yang dikeluarkan untuk subsidi semakin besar," kata Don.

Don mengatakan, setiap berita yang dibuat perusahaannya selalu dikonfirmasikan ke Waryono dan timnya sebelum dicetak di koran. (Baca: Jero Wacik Instruksikan Anak Buahnya Tambah Uang Bulanan Operasional Menteri)

Bahan pemberitaan pun sebagian besar berasal dari Kementerian ESDM, kemudian diolah oleh Indopos ke dalam bentuk gambar, tulisan, ataupun bentuk grafis.

Menurut Don, Kementerian ESDM memilih media Indopos untuk pencitraan karena segmentasinya luas dan beritanya kerap diperbincangkan berbagai kalangan.

Realisasi Rp 2 miliar

Untuk biaya pencitraan, pada perjanjian awal, pembayaran menurut kesepakatan adalah Rp 3 miliar untuk setahun. (Baca: Daniel Sparringa "Curhat" Alasannya Terima Uang Rp 637 Juta dari Jero Wacik)

Namun, kerja sama kedua pihak berhenti begitu saja setelah tiga bulan berjalan. Tak hanya itu, Indopos hanya menerima Rp 2 miliar dari perjanjian itu.

"Kontrak Rp 3 miliar, tetapi terealisasi Rp 2 miliar yang sudah dibayarkan ke kami," kata Don.

Don meyakini bahwa meski terkesan memihak pemerintah, berita-berita tersebut tidak melanggar kode etik jurnalistik.

Menurut Don, media saat ini merupakan industri, tak lagi sebagai media perjuangan seperti dulu. (Baca: Daniel Sparringa Mengaku Disuruh Jero Wacik Bohong soal Penerimaan Uang)

Ia mengatakan, media dapat memperjuangkan sikap kritisnya, tetapi juga bisa dikemas dengan cara lain agar memberikan wawasan positif kepada masyarakat.

"Tidak semua media harus nyari background menyerang, tetapi juga harus menjelaskan duduk persoalannya secara detail supaya masyarakat adem," kata dia.

Dalam surat dakwaan, kegiatan pencitraan itu meliputi konsultasi pengembangan isu, perencanaan berita, reportase, pengeditan, sampai penayangan berita positif ESDM di tiga media Jawa Pos Group, yakni Indopos, Rakyat Merdeka, dan Jawa Pos.

Pemberian uang terus dilakukan hingga sekitar akhir Februari atau awal Maret 2012. Total uang yang diterima Don baru Rp 2 miliar. Kekurangan uang belum dibayarkan kepada Don karena uang dari rekanan penyedia jasa konsultasi di Setjen ESDM tidak mencukupi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com