UNGARAN, KOMPAS.com - Ribuan ekor ayam yang mati massal di dusun Blater, Desa Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang dipastikan tidak terjangkit penyakit flu burung.
Kepastian itu didapat setelah petugas veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Semarang, mendatangi lokasi dan melakukan pengujian cepat terhadap tiga bangkai ayam milik Basari, Jumat (20/11/2015) siang.
"Tiga ayam yang kita sampel untuk rapid test negatif flu burung. Kemungkinan ayam disini terserang tetelo atau ND (Newcastle disease)," ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kadisnakan Kabupaten Semarang Urip Triyogo.
Guna memastikan ayam tersebut terserang penyakit tetelo atau penyakit lainnya, pihaknya akan membawa sample ayam tersebut ke Laboratorium Kesmavet.
Di laboratorium sampel bangkai ayam itu akan menjalani pemeriksaan patologi anatomi atau bedah mikroskopis.
Dari hasil pemeriksaan ini, lanjutnya, nantinya akan dapat diambil langkah-langkah yang harus dilakukan Disnakan.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan Disnakan misalnya memberikan vaksinasi terhadap ayam-ayam yang masih sehat.
Selanjutnya jika dugaan penyakit ND ini benar, maka perlu dilakukan isolasi ternak ayam buras dari dusun ini.
Misalnya dengan memperketat pengawasan "lalulintas" ternak ayam, terutama dari kandang milik Basari.
"Untuk sementara jangan ada ternak ayam yang masuk maupun keluar dari kandang tersebut," Urip menegaskan.
Urip menambahkan, dari hasil investigasi di lapangan diketahui tidak ada kematian unggas atau ayam selain milik Basari.
Selain itu Basari bukanlah peternak, melainkan hanya pengepul ayam buras untuk dipasok ke sejumlah rumah makan.
"Jadi ayam-ayam disini bukan dipelihara, tapi semacam penampungan ayam dari pasar-pasar untuk didrop ke sejumlah warung makan. Bisa jadi ayam itu dari Magelang, Temanggung atau lainnya kita tidak tahu," tambah dia.
Terkait dengan kasus kematian ayam secara massal di kandangnya, diduga karena sejumlah ayam yang didatangkannya telah terserang penyakit.
"Sehingga proses penularan penyakit tersebut terjadi di kandangnya,” kata Urip.
Ia menyampaikan, kondisi kandang tempat penampungan ayam buras milik warga Blater ini juga dinilai tidak memenuhi syarat.
Baik dari sanitasi maupun kondisi kandangnya yang cenderung setengah terbuka.
"Bahkan kami sulit membedakan mana kandang dan mana rumah. Tidak seperti umumnya kandang peternakan ayam,” kata Urip.
Penjelasan Urip ini diamini Yazid (36),pekerja di kandang ayam milik Basari. Menurutnya sejauh ini ayam yang mati hanya terjadi di kandang yang dikelolanya.
Sebabdi Dusun Blater hanya Basari yang memiliki usaha pengepulan ayam buras.
Sebab Dusun Blater ini merupakan kawasan tujuan wisata, yang mayoritas warganya membuka usaha pemancingan lesehan.
"Jadi sudah ada kesepakatan warga disini untuk tidak beternak ayam, karena takut menggangu kenyamanan para pengunjung pemancingan," tambah Yazid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.