JAKARTA, KOMPAS.com — Pengejaran kelompok teroris jaringan Santoso terus dilakukan. Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mencatat, sejak 17 Agustus 2015, polisi lima kali terlibat baku tembak dengan kelompok itu di Poso, Sulawesi Tengah.
Baku tembak pertama terjadi bertepatan saat perayaan detik proklamasi, Senin pagi, di Gunung Langka, Poso. Kontak senjata kemudian terus berlangsung terus hingga Selasa keesokan harinya.
"Pada kontak tembak yang keempat itu, ada teroris yang tertembak," ujar Badrodin di Mabes Polri, Jumat (21/8/2015).
Identitas teroris yang meninggal tersebut bernama Urwah alias Bado. Pada Rabu keesokan harinya lagi, Brimob hendak membawa jenazah Bado ke Poso. Namun, di tengah jalan, anggota Brimob disergap. Baku tembak kelima pun tak terhindarkan.
"Pada saat inilah anggota kita (AKP Anumerta Bryan Theophani Tatontos) tertembak dan gugur," ujar Badrodin.
Dalam baku tembak, Brimob menyita barang bukti berupa sepucuk senjata api jenis senapan M160 organik merek Beretta, sepucuk senjata rakitan laras panjang, 28 bom pipa jenis lontong, sebuah laptop kecil, sebuah handycam, 4 buah bendera MIT, black powder, 4 baterai, 4 lembar peta, charger handphone dan handy talky, 4 buah peluru kaliber 12,7 milimeter, buku-buku jihad, dan sejumlah catatan.
Saat ini, Brimob masih memburu kelompok tersebut. Diperkirakan, kekuatan mereka antara 30 hingga 40 orang. Sebanyak 140 Brimob di Kelapa Dua, Depok, pun diterbangkan demi membantu pengejaran tersebut.
"Kalau tidak ditindak, mereka bisa memobilisasi kekuatan lagi dari berbagai tempat, termasuk senjata," ujar Badrodin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.