Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah El Nino Akan Menguntungkan Nelayan dan Petani Garam?

Kompas.com - 10/08/2015, 03:00 WIB

KOMPAS.com — El Nino yang memuncak pada Agustus ini bisa menguntungkan nelayan dan petani garam kendati merupakan masalah bagi petani karena kali ini gejala alam tersebut memperpanjang kemarau hingga dua bulan.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menjelaskan kepada BBC Indonesia bahwa El Nino saat ini dalam proses terus menguat hingga menjelang akhir tahun 2015.

"BMKG memperkirakan, kemarau akan lebih panjang dari biasanya dan awal musim hujan akan mundur kira-kira dua bulan," ujar Andi Eka Sakya.

Kemarau, yang biasanya berlangsung April hingga September, tahun ini diperkirakan baru akan berakhir pada November. Musim hujan, yang biasanya mulai berlangsung Oktober hingga April, tahun ini dikhawatirkan baru akan bermula pada bulan Desember.

Dia mengatakan, El Nino merupakan gejala alam berupa naiknya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar ekuator, khususnya di sekitar Cile dan Peru. Ini diikuti turunnya suhu permukaan air di beberapa wilayah perairan Indonesia. Di sisi lain, hal ini berdampak pada terjadinya kekeringan di beberapa daerah di Indonesia.

Daerah yang diperkirakan akan kena dampaknya antara lain bagian timur Indonesia dan kawasan sekitar Lintang Selatan, seperti Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan bagian selatan Papua.

Panen ikan dan garam

Di sisi lain, Eka Sakya mengatakan, "Karena permukaan laut menjadi lebih dingin, maka klorofil akan lebih banyak. Makanan ikan lebih banyak pula dan ikan pun akan berdatangan. Panen ikan dengan sendirinya akan lebih melimpah."

Yang juga mendapat dampak positif adalah petani garam, yang produktivitasnya bergantung pada sinar matahari dan cuaca kering lebih.

Tentang hal ini, Zein, seorang petani garam di Kalianget, Sumenep, mengatakan, hingga saat ini, ia belum merasakan dampaknya. "Bahkan, kemarin justru turun hujan," ujarnya.

Mursidi, petani garam di Sampang, juga mengeluhkan hal yang sama. "Panasnya kurang sekarang ini, mendung dan ada hujan," katanya kepada BBC. "Bahkan, dibandingkan bulan Agustus tahun lalu, hasil garam sekarang lebih sedikit," katanya.

Betapa pun, Mursidi mengaku akan gembira jika musim kemarau lebih lama hingga dua bulan. Itu berarti petani garam akan mendapat panen empat kali lebih banyak.

Sejauh ini, petani seperti Mursidi, yang memiliki lahan kurang dari satu hektar, menghasilkan antara 200 hingga 300 kuintal sekali panen.

"Yang kualitas bagus dihargai Rp 900 per kilogram. Yang kualitasnya kurang, Rp 350 per kilogram," tuturnya.

Artinya, jika bisa panen empat kali lebih banyak, tambahan pendapatan Mursidi akan lumayan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com