"Urusan Muktamar NU sudah tutup buku. Sudah selesai. Tidak ada manfaatnya kita perbincangkan terus. Umat sudah menanti kiprah NU yang lebih konkret dalam menjawab perubahan dan dinamika masyarakat," ujar Nusron, Sabtu (8/8/2015).
Nusron yang juga menjadi salah satu anggota formatur dalam Muktamar ke-33 di Jombang ini mengungkapkan, sebagai organisasi keagamaan yang terbesar dan sudah berpengalaman, NU sudah terbiasa menghadapi perbedaan pendapat dan dinamika pemikiran, termasuk dalam pelaksanaan muktamar.
"Di NU itu beragam model tokoh. Kalau ada konflik dan gesekan itu biasa, tetapi nanti sejalan dengan waktu juga baik lagi," ujarnya.
Nusron berpendapat, yang harus segera disadari oleh NU sekarang ini adalah kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan bangsa Indonesia.
Karena itu, sudah saatnya semua tokoh NU untuk bersatu dan bersinergi. Nusron menilai justru tidak mencerminkan sikap NU ketika masih ada pihak-pihak yang kecewa dan ingin menggugat hasil muktamar.
"Sikap seperti itu bukan cerminan sikap NU. Saya tidak yakin Pak Hasyim Muzadi akan melakukan itu. Beliau orang hebat, pasti legowo. Beliau tokoh besar sudah banyak membangun NU, tidak mungkin akan merusaknya," kata Nusron.
Terlebih lagi, lanjut Nusron, muktamar memang sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang disepakati muktamirin.
Menurut Nusron, voting 252 yang mendukung ahlul halli wal aqdi (AHWA), sementara yang menolak 235. Jadi, dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar memang tidak menghendaki Hasyim Muzadi menjadi rais aam.
"Memang maqom-nya beliau tidak di situ. Ini jalan dan ketentuan Allah SWT. Saya yakin kalau pemilihan pun yang tidak setuju AHWA belum tentu memilih Pak Hasyim," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.