Pendeta Lipiyus Binilub yang merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua mengatakan, hubungan antara umat muslim dan Nasrani di Papua selama ini, berjalan sangat baik.
Dia menyebutkan, selama sekitar 50 tahun Papua bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), belum pernah ada konflik antarumat beragama. Secara budaya, kata Pendeta Lipiyus, masyarakat Papua memegang adat bahwa haram hukumnya membakar tempat ibadah.
"Tempat ibadah apa pun milik bersama, dari agama mana pun bisa duduk bersama. Jadi kalau bakar tempat ibadah, maka haram hukumnya. Papua yang mayoritas Kristen mereka menjaga itu," kata Lipiyus, seusai pertemuan, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.
Menurut Lipiyus, insiden Tolikara yang terjadi pada 17 Juli lalu, hanya karena persoalan komunikasi. Ia menegaskan, tak ada warga Tolikara yang membakar mushala.
"Sebenarnya mushala itu terbakar akibat terbakarnya kios kecil, karena bangunan kayu jadi sangat mudah terbakar," ujar Lipiyus, yang juga Ketua Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Papua.
Dua jam setelah peristiwa terjadi, lanjut dia, pemerintah kabupaten, aparat keamanan, hingga para pemuka agama pun berembuk untuk menenangkan situasi. Saat ini, situasi di Tolikara berlangsung kondusif.
"Agama apa pun, suku apa pun, warna kulit apa pun ini milik perahu bersama. Tidak boleh lagi dianggap kelompok ini punya, tidak boleh lagi merasa negara ini saya punya. Bisa rusak bangsa maka agama apa pun mari hidup rukun damai," papar Lipiyus.
Pada pertemuan dengan Presiden Jokowi hari ini, tokoh masyarakat Papua yang hadir di antaranya Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya, Sekretaris Daerah Kabupaten Tolikara Dance Y Flassy, dan Ketua Umum PGLII Ronny Mandang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.