Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Malam Bernama Republik Indonesia

Kompas.com - 25/06/2015, 12:54 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Indonesia sekarang ini mirip pasar malam. Suasananya hiruk-pikuk. Saling adu kenceng pengeras suara untuk menawarkan dagangannya. Maka di antara ingar bingar suara itu, tentu saja yang paling keras dan jelas suaranya adalah yang memiliki voltase paling gede. Untuk urusan gede-gedean voltase itu, pasti mereka yang punya modal besar sajalah yang jadi juaranya.

Lantaran adu modal itulah, sudah pasti ada misi di baliknya. Entah misi dagang, misi politis, atau misi lainnya. Sementara yang tak punya modal, suaranya cuma terdengar sayup-sayup. Padahal, bisa saja yang lamat-lamat itulah justru yang perlu kita simak dan dengarkan. Apa boleh buat, mereka yang memiliki misi, ambisi, serta modal yang kuat sajalah yang suaranya kini kita dengarkan.

Indonesia hari ini adalah pasar malam yang juga buka di siang hari. Tak siang, tak malam, Indonesia raya gaduh oleh suara-suara yang beradu di udara. Karena terlalu gaduh itulah, kita jadi tak mendengar yang seharusnya kita dengar. Walhasil, telinga kita justru kita pakai untuk mendengar yang tidak harus kita dengar, berupa pergunjingan yang itu-itu melulu. Kasus Angeline yang semula mengaduk-aduk emosi kita, lantaran dieksplorasi sedemikian rupa oleh media, yang muncul ke permukaan justru aroma bisnis para pengelola media itu sendiri.

Atau... bisa jadi suara-suara kencang itu semata hanya sebagai pengalih perhatian dari masalah besar yang sedang dicoba untuk disamarkan, atau kalau perlu ditutup-tutupi. Berita-berita yang tidak berkait-paut dengan hajat hidup orang banyak justru kerap diblow-up sedemikian rupa.

Dan kita... Kita adalah para pengunjung pasar malam, yang juga tak kalah serunya dengan pengeras suara yang dipancarluaskan melalui media. Semua orang bebas bicara, ngobrol tentang apa saja dan di mana saja, hingga ke media sosial. Sampai-sampai, rasanya kita kelewat banyak ngobrol yang nggak perlu, ngomong yang nggak perlu, juga melakukan tindakan yang nggak perlu. Bayangkanlah, hal-hal kecil di negeri ini bisa menjadi besar, seolah-olah bisa meruntuhkan negara. Jokowi minum pakai tangan kiri, jadi gunjingan yang nggak habis-habis diposting di media sosial.

Sampai-sampai kawan saya yang bernama Carmel bilang begini, "Apapun opininya, bagaimanapun pandangannya, ujung-ujungnya menyalahkan Jokowi. Kasus-kasus kekerasan pada anak, salahkan Jokowi. Kisruh KPK versus POLRI, salahkan Jokowi. Sumber daya alam dikuasai asing sejak zaman orba, salahkan Jokowi. Kemiskinan, pengangguran dan segala bentuk kriminalitas yang merajalela di negeri ini sejak zaman baheula, salahkan Jokowi. Sampai bermacam-macam bencana mulai dari banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, salahkan Jokowi. Jangan-jangan kolor sobek juga menyalahkan Jokowi."

Begitulah, telinga kita pun pekak dibuatnya. Berita tentang Lukman Sardi yang pindah agama, juga menjadi kabar yang heboh. Entah siapa yang mula pertama mengangkat kabar yang seharusnya masuk wilayah pribadi ini menjadi santapan publik. Karuan saja, masalah sensitif ini cepat merebak, lengkap dengan komentar yang mendukung dan kontra, serta yang cuek saja.

Ah ya, sebenarnya sedemikian banyak kabar yang cukup penting untuk kehidupan kita. Misalnya, ada kabar pada bulan Juni 2015 ini akan lebih lama dari Juni-Juni pada tahun sebelumnya. Satu hari pada tanggal 30 Juni 2015 nanti bukan hanya 24 jam, melainkan 24 jam 1 detik.

Pada tanggal tersebut, hari akan berakhir bukan pada pukul 23.59.59, melainkan pada 23.59.60. Tanggal 1 Juli 2015 sendiri tetap akan dimulai pada 00.00.00.

Detik tambahan itu disebut detik kabisat. Penambahan dilakukan menurut keputusan International Earth Rotation and Reference Systems Service di Paris pada tahun 1972.

Atau... mengapa tidak kita mengingat riwayat bumi yang hampir tamat dengan berbagai bencana dan kepunahan beberapa hewan bertulang belakang? Dengan demikian, moga-moga akan tumbuh kesadaran untuk memperpanjang riwayat mahluk bertulang belakang, termasuk manusia, dengan jalan menjaga dan menyelamatkan lingkungan hidup kita.

Kemudian, ternyata belum lama ini ada dua anak muda Indonesia berhasil mengibarkan Sang Saka Merah-Putih dan membawa nama harum Bangsa. Namanya Ayu Gani yang menjadi gadis Indonesia pertama yang menjuarai kontes/ajang bakat model Asia's Next Top Model session 3 2015 di Singapora dan Rio Haryanto yang berhasil menjuarai GP2 series 2015 di Sirkuit Red Bull, Spielberg, Austria.

Sssssttt... tempo hari udara kita juga dipenuhi oleh aroma perseteruan dua pengacara kondang, Hotma Sitompul dan Hotman Paris Hutapea dalam menangani kasus pembunuhan Engeline Margriet Megawe.

Hotman Paris Hutapea sekarang menjadi tim kuasa hukum tersangka Agus. Di pihak lain, ibu angkat korban, Margriet Christina Megawe, yang sebelumnya dua kali berganti pengacara, sejak Selasa (16/6) malam, Hotma Sitompul resmi menjadi pengacaranya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com