Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPC: Dana Reses DPR Saja Tak Transparan, Bagaimana Dana Aspirasi?

Kompas.com - 15/06/2015, 15:01 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Deputi Direktur Indonesia Parliamentary Center Ahmad Hanafi mengatakan, wacana pengajuan dana aspirasi sebesar Rp 20 miliar per anggota DPR setiap tahun untuk pemerataan pembangunan hanyalah lips service.

Menurut dia, penggunaan dana reses selama empat kali per tahun oleh para anggota Dewan saja tidak transparan.

"Reses saja kita tidak tahu berapa yang mereka gunakan, gimana misalnya dana aspirasi disahkan, maka akan akibatkan potensi korupsi semakin besar," ujar Hanafi di Kantor Indonesia Corruption Watch, Jakarta, Senin (15/6/2015).

Hanafi mengatakan, minimnya transparansi tersebut memunculkan potensi korupsi yang besar. Ia menambahkan, dana reses digunakan untuk pengawasan pembangunan dan perencanaan anggaran.

Menurut dia, tidak perlu ada lagi dana aspirasi karena semestinya sudah tercakup dalam dana reses. (Baca: "Dana Aspirasi Hanya Modus 'Suap' DPR untuk Warga")

"Usulan dana aspirasi menunjukkan bahwa mekanisme pengawasan mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya," kata Hanafi.

Hanafi mencontohkan negara Filipina yang menerapkan dana aspirasi untuk pemerataan pembangunan. Bahkan, kata dia, di negara tersebut, penggunaan dana aspirasi ditolak karena kerap dijadikan alat barter legislatif.

"Ini diprotes di Filipina karena makin mempertahankan politisi yang potensi korupsinya tinggi," kata Hanafi. (Baca: Minta Dana Aspirasi Rp 20 Miliar, Anggota DPR Ingin Jadi "Sinterklas Politik")

Oleh karena itu, kata Hanafi, Koalisi Kawan Anggaran yang terdiri dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) sepakat menolak dana aspirasi selama belum terbangunnya transparansi anggota Dewan. Hanafi menilai bahwa anggota parlemen saat ini belum sepenuhnya transparan dan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

"Transparan sesuai dengan sistem penganggarannya. Dana aspirasi tidak membuat pembangunan merata. Justru, pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat," kata Hanafi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com