Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Pemberdayaan Masyarakat untuk Kedaulatan Pangan Indonesia

Kompas.com - 11/06/2015, 09:49 WIB
advertorial

Penulis


Sebagai negara dengan tanah pertanian yang luas, Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya melimpah. Namun sayangnya, potensi sumber pangan itu belum diolah dan dikembangkan dengan maksimal.

Untuk beberapa bahan pangan seperti gandum, kedelai, buah, dan bahkan pakan ternak, Indonesia masih mengandalkan impor untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

"Jangan sampai potensi sumber daya besar yang dimiliki Indonesia menjadi tidak berdaya karena tidak dimanfaatkan dengan optimal," ujar Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat ditemui di Islamic Centre Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada Rabu (10/6/2015).

Seperti yang terjadi di wilayah Gunungkidul Yogyakarta, bahan pangan singkong belum diolah secara maksimal. Selama ini petani setempat hanya mengolah singkong menjadi gaplek saja. Melihat kondisi di lapangan tersebut, Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah D.I. Yogyakarta (MPM PWM DIY) mengkaji pemberdayaan masyarakat dalam mencari solusi persoalan pangan yang kerap dialami Indonesia.

MPM PWM DIY bekerjasama dengan Pemda Gunungkidul, LPM Universitas Ahmad Dahlan dan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menggelar seminar nasional bertema "Kedaulatan Pangan Untuk Kemandirian Bangsa dari Yogya untuk Indonesia”.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang hadir sebagai keynote speech dalam acara seminar nasional ini mengungkapkan, "Jika ingin meningkatkan produksi pangan lokal, perlu juga dilakukan perluasan lahan pertanian. Serta didukung dengan sistem pengairan yang benar. Tak lupa juga pengadaan bibit unggul dan pupuk yang dapat meningkatkan produksi."

Untuk mencapai itu semua, memang membutuhkan waktu jangka panjang, tidak bisa jangka pendek. Jika semua hal tersebut sudah dilakukan, perlu juga dilakukan pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan pangan alternatif selain beras.

Seperti misalnya dari bahan pangan singkong yang kemudian dikembangkan menjadi tepung singkong atau mocaf (modified cassava flour). Dengan tepung singkong ini, UMKM pengguna mocaf bisa mengurangi biaya produksi karena harganya yang lebih murah dari tepung terigu. Program pemberdayaan masyarakat ini tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi petani singkong di Gunungkidul dan UMKM sektor makanan olahan di Yogya.

Untuk semakin menggerakan semangat pemberdayaan masyarakat lokal, juga dilakukan penandatanganan Deklarasi Bersama Kedaulatan Pangan dari Yogya untuk Indonesia oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Bupati Gunungkidul Hj. Bandingah S.Sos, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY dr H. Agus Taufiqurrahman, Sps, M.Kes, dan Rektor Universitas Ahmad Dahlan Dr. H. Kasiyarno , M.Hum.

Semoga saja, momen ini bisa mewujudkan gerakan bersama membangun kedaulatan pangan dan kemandirian bangsa dari Yogya untuk tanah Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Anggota DPR-nya Minta 'Money Politics' Dilegalkan, PDI-P: Cuma Sarkas

Anggota DPR-nya Minta "Money Politics" Dilegalkan, PDI-P: Cuma Sarkas

Nasional
Duit Rp 5,7 Miliar Ditjen Holtikultura Kementan Diduga Dipakai untuk Keperluan SYL

Duit Rp 5,7 Miliar Ditjen Holtikultura Kementan Diduga Dipakai untuk Keperluan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com