Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2015, 03:36 WIB

“Dulu tahun 2001, ada upaya serangan dengan racun. Sebuah kelompok di Kemayoran mengekstrak buah jarak untuk mendapatkan racun, dengan rencana untuk menyebarkannya di kantin-kantin polisi. Mereka juga pernah uji coba melancarkan aksi pembakaran di Pasar Glodok tahun 2013. Jadi ini bagian dari eksperimen atau ujicoba dari kelompok-kelompok teror untuk mencari model-model serangan baru.

Indonesia bukan prioritas

Serangan kimia yang pertama kali di Indonesia ini memang merupakan ciri khas ISIS, dan ada kemungkinan dilancarkan oleh seorang pejihad eks Suriah. Betapapun, untuk menyebut bahwa serangan itu benar-benar dilancarkan dalam komando ISIS, masih terlalu terburu-buru, kata Solahudin.

Dalam data Sola, justru aksi-aksi teror di Indonesia belakangan ini menurun.

“Pertama, karena keberhasilan langkah anti-teror polisi, kedua kapasitas kelompok-kelompok teror melemah. Namun yang ketiga adalah karena kelompok-kelompok teror itu kini menganggap bahwa “jihad” di Indonesia sudah tidak merupakan prioritas. Yang lebih prioritas dan utama adalah “jihad” di Suriah. Berangkatlah mereka ke Suriah dengan berbagai cara,” papar Solahudin pula.

Dalam catatan polisi, kata Irjen Tito Karnavian, sudah ada 159 orang Indonesia yang bisa dipastikan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, termasuk dua orang yang tewas sebagai pelaku serangan bom bunuh diri.

Ini jumlah yang tampak kecil dibanding angka lebih dari 500 yang banyak disebut oleh kalangan DPR dan Kemenlu. Namun, kata Tito, “angka 159 ini adalah orang-orang yang sudah jelas identitasnya, sudah kami cek ulang ke keluarga mereka.”

Sidney Jones, ahli terorisme Asia Tenggara, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, mengatakan, jumlah orang Indonesia yang ke Suriah dan Irak memang mencapai lebih dari 500 orang. “Namun sebagian pergi ke sana bukan untuk melancarkan gerakan kekerasan atau aksi bersenjata, tapi untuk melakukan kegiatan kemanusiaan,” ungkapnya.

Disebutkan Sidney Jones, banyak juga yang berangkat ke Suriah dengan tujuan untuk hidup dalam suatu wilayah yang diandaikan menjalankan keislaman secara penuh sebagaimana mereka bayangkan terjadi di zaman Nabi Muhammad.

Karena itu, kata Sidney Jones, ada sejumlah keluarga dengan anak kecil yang berangkat ke sana, yang memunculkan gambaran memprihatinkan ketika ditampilkan foto-foto anak-anak kecil berbahasa Indonesia menjalani pelatihan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com