Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2015, 03:36 WIB

KOMPAS.com - Serangan bom kimia pertama sudah terjadi, berupa bom di sebuah mal di Depok Februari lalu.

Kepada para wartawan internasional dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (25/03), Tito Karnavian mengatakan, kita sangat beruntung bahwa ada masalah teknis dalam serangan bom itu, sehingga hanya dua container yang meledak.

Sementara dua lagi utuh, tidak meledak, sehingga tidak terjadi percampuran kimia yang menghasilkan gas mematikan.

“Kita hanya mujur saja. Ada empat detonator, empat container (bom), kalau seluruhnya meledak, keempatnya akan bercampur menghasilkan gas klorida.”

Menurutnya dalam jumlah kecil gas itu akan mengganggu pernafasan. Namun dalam jumlah besar gas itu akan mematikan.

“Dan serangan bom itu merupakan signature atau kekhasan kelompok ISIS di Suriah,” tambah Tito lagi.

Serangan bom kimia pertama di Indonesia itu merupakan sebuah peringatan keras. Karenanya polisi ekstra waspada, karena ini berarti ada ancaman potensial dari sel-sel kelompok teroris untuk mencoba lagi serangan kimia sejenis di masa depan.

Perwira yang kini menjabat Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri itu menyebut, serangan kimia merupakan bagian dari proses trial and error kelompok-kelompok teroris, yang kini dipantau secara ekstra oleh kepolisian. Khususnya karena pelaku serangan Depok itu belum tertangkap.

Serangan itu terjadi 23 Februari lalu di lantai dua Mall ITC Depok. Paket bom ditemukan oleh seorang petugas kebersihan, dan menyerahkannya kepada petugas keamanan mal itu.

Tim penjinak bom, Gegana, sudah datang, dan sedang melakukan pengamanan lokasi, tatkala paket itu meledak.

Model baru teror

Peneliti di Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial UI, Solahudin mengatakan, ada beberapa kemungkinan terkait serangan kimia ini.

“Kalau pelaku yang belum tertangkap itu adalah veteran perang Suriah, mungkin dia sudah belajar membuat bom klorin di Suriah. Kalau tidak, kemungkinan belajar via online,” papar Solahudin.

“Sejak tahun 2011 banyak pelaku teror belajar bikin bom dari buku Kurdak atau kursus peledakan. Tahun 2012 polisi kaget-kaget ketika mereka menangkap beberapa teroris di Solo, ternyata di rumahnya ditemukan nitro gliserin, sejenis zat peledak cair. Belakangan terungkap bahwa mereka belajar bikin bom dari buku itu.”

Disebutkan Sola, panggilan Solahudin, memang sel-sel radikal Indonesia dari waktu ke waktu mencoba berbagai cara dalam melancarkan aksi teror mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com