JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti mengatakan, Partai Amanat Nasional ke depan dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Selain harus mengembalikan cita-citanya sebagai partai reformasi, PAN juga harus mampu keluar dari stigma partai pengekor.
Ray mengatakan, selama ini PAN dikenal selalu berada di bawah bayang-bayang Partai Demokrat. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya status ketua umum PAN saat ini, Hatta Rajasa, yang berbesanan dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
“PAN harus berani tampil di masyarakat dengan segala konsekuensinya. Kritikan sebagai partai pengekor harus dijawab dengan program yang pro rakyat tidak hanya sekedar lip service saja,” kata Ray saat dihubungi, Jumat (27/2/2015).
Lebih jauh, Ray menilai, selama lima tahun terakhir PAN mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Apalagi saat PAN mengikuti barisan Koalisi Merah Putih yang menjadi pendukung pelaksana pilkada tidak langsung.
PAN, kata Ray, harus ingat jika partai itu lahir dari semangat reformasi. Pada masa itu, masyarakat merasa jenuh dengan sistem pemilihan umum tidak langsung pada saat pilpres maupun pilkada.
“Kalau kita lihat ada yang hilang selama lima tahun belakangan di tubuh PAN, ketika mendukung pemilihan kepala daerah ke tangan DPRD. Hal ini sangatlah bertentangan dengan semangat reformasi,” ujarnya.
PAN akan menyelenggarakan Kongres IV di Bali pada 28 Februari-2 Maret 2015. Ada dua kandidat calon ketua umum yang akan bertarung merebutkan kursi nomor satu di tubuh partai berlambang matahari itu, yakni Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.