Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/01/2015, 07:02 WIB
Bayu Galih

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo membuat kejutan. Di tengah tekanan yang dilancarkan dari partai pendukungnya untuk melantik calon kepala Polri yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisaris Jenderal Budi Gunawan, Jokowi terlihat memberikan perlawanan. Sejumlah manuver dilakukan Jokowi untuk melawan tekanan sepanjang Kamis (29/1/2015) kemarin.

Kejutan terbesar muncul ketika Presiden mengundang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang menjadi rivalnya dalam Pemilu Presiden 2014. Dalam pertemuan di Istana Bogor tersebut, Prabowo berdalih menemui Jokowi untuk memintanya menjadi pendekar utama pencak silat Indonesia. Menurut Prabowo, gelar kehormatan memang selalu diberikan untuk Presiden Republik Indonesia. (Baca: Prabowo Minta Jokowi Jadi Pendekar Pencak Silat)

"Kita sampaikan tradisi kita, setiap presiden adalah pendekar utama pencak silat Indonesia. Saya mohon beliau menerima diangkat, saya mohon beliau menggunakan baju pencak silat, dan beliau menyatakan bersedia," kata Prabowo.

Meski begitu, Prabowo tidak mengelak kalau pertemuannya dengan Presiden juga membicarakan isu politik aktual. Salah satunya, membahas mengenai polemik pelantikan Budi Gunawan. (Baca: Soal Calon Kapolri, Prabowo Yakin Jokowi Utamakan Kepentingan Rakyat)

"Itu sebetulnya adalah tugas dan hak eksekutif, kami sepakat. Saya menyampaikan, kita akan hormati apa pun keputusan yang diambil Bapak Presiden sebagai pemegang mandat," ucap mantan Danjen Kopassus tersebut.

"Jangan dikejar-kejar"

Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo memang terasa penuh arti. Terlebih lagi, seusai pertemuan, keduanya terlihat begitu lepas, keluar istana dengan berbincang sambil melemparkan senyuman. Tidak ada raut ketegangan. (Baca: Tatapan Prabowo dan "Penghormatan" Jokowi di Istana Bogor)

Di hadapan wartawan, Jokowi mempersilakan Prabowo untuk terlebih dulu memberi pernyataan. Sebuah pernyataan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk memutuskan apa pun terkait calon kepala Polri. 

indra/kompas.com Presiden Joko Widodo ketika mengantar langsung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Bogor, Kamis (29/

Setelah Prabowo selesai memberikan pernyataan, Jokowi mengantar Prabowo hingga menuju kendaraannya. Setelah itu, Jokowi pun meladeni pertanyaan wartawan terkait pencalonan Budi Gunawan.

Mantan wali kota Solo itu mengatakan sedang mempertimbangkan masukan dari Tim Independen dan Dewan Pertimbangan Presiden. Tak hanya itu, kali ini Jokowi pun membuat pernyataan dengan berjuta interpretasi.

"Sudah saya tampung, tetapi jangan dikejar-kejar," ucapnya. (Baca: Presiden Jokowi Merasa Dikejar-kejar Melantik Budi Gunawan)

Memang tidak dijelaskan siapa pihak yang mengejarnya. Pernyataan ini bisa ditujukan untuk publik yang meminta pembatalan Budi Gunawan. Selain itu, pernyataan ini bisa juga ditujukan untuk partai pendukung yang memberi tekanan untuk segera melantik Budi Gunawan.

Akan tetapi, menurut pengamat politik UI Agung Suprio, pertemuan itu memang memperlihatkan Jokowi yang meminta dukungan Prabowo untuk menghadapi tekanan. (Baca: Pengamat: Jokowi Ingin Prabowo Turun ke Gelanggang)

"Budi Gunawan didukung PDI-P, Nasdem, dan Hendropriyono. Jokowi tidak tahan dengan tekanan dari ketua umum partai politik. Jokowi mencari sumber dukungan baru di saat dukungan dari partainya sudah mencapai titik kritis," kata Agung ketika dihubungi, Kamis (29/1/2015).

Dampaknya memang langsung terlihat. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, ikut menyuarakan dukungan. Bahkan, Koalisi Merah Putih (KMP) mendukung walau keputusan Jokowi ditentang oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang selama ini menyokong pemerintahan. (Baca: KMP Siap "Pasang Badan" jika Keputusan Jokowi soal Kapolri Diprotes KIH)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com