Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pemerintah Ingin Bentuk Badan Cyber Nasional

Kompas.com - 06/01/2015, 15:46 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan bahwa sistem pertahanan siber Indonesia masih rentan. Menurut dia, saat ini Indonesia mendapatkan serangan siber dari berbagai pihak.

"Mungkin kapan-kapan teman-teman main ke cyber coorporation-nya Kemenhan di Pondok Labu, kita berdiri ini ada screen, Indonesia ini saat ini sedang mendapat serangan dari mana saja, apa itu malwarehacking, dan lain sebagainya, kita bisa lihat di sana," kata Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (6/1/2015).

Atas dasar itu pemerintah berencana membentuk Badan Cyber Nasional. Untuk membahas masalah pembentukan badan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Rudiantara, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy, serta Menteri Pertahanan Ryamizard Ryancudu.

Menurut Rudiantara, sistem pertahanan siber Indonesia harus diperbaiki. Sistem siber Indonesia yang ada saat ini, kata dia, hanya mampu untuk bertahan. Sementara negara lain sudah mengembangkan sistem yang mampu untuk bertahan sekaligus menyerang.

"Ada beberapa (kasus) yang sebetulnya sudah terjadi, tapi skalanya tidak menjadi isu nasional seperti isu Korea Utara dan Amerika," ucap Rudiantara.

Ia menganalogikan sulitnya menjaga sistem pertahanan siber dengan menjaga kedaulatan negara yang sebagian besar terdiri dari lautan ini. Menurut dia, menjaga perairan Indonesia yang begitu luas tidak bisa dilakukan dengan cara-cara konvensional. Demikian juga dengan sistem pertahanan siber.

"Analogi saya, kita punya AL (angkatan laut), kapal selam, frigate, tapi lautnya sedemikian luas yang harus kita jaga. Dengan cara konvensional itu enggak mungkin, kita punya angkatan udara, punya Sukhoi F16, tapi udaranya sedemikian luas. Laut kita saja, kapal selam negara lain masih slewar-sliwir," papar dia.

Menko Polhukam Tedjo Edhy mengatakan, dengan pembentukan Badan Cyber Nasional, Indonesia memiliki sistem pengamanan siber yang terpusat. Dengan demikian, Badan Cyber Nasional diharapkan bisa memagari seluruh sistem pertahanan siber yang tadinya berdiri masing-masing.

"Kominfo itu punya pengaman sendiri, bank punya sendiri, PLN punya sendiri, tapi secara nasional itu belum ada. Badan Cyber Nasional ini akan memagari seluruhnya walaupun di dalamnya ada masing-masing bekerja, tapi terintegrasi," kata Tedjo.

Adapun Badan Cyber Nasional diharapkan bisa terbentuk tahun 2016. Rudiantara sebelumnya menyampaikan bahwa Badan Cyber Nasional nantinya akan memiliki fungsi yang beda dengan Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID SIRTII).

Jika ID-SIRTII hanya memonitoring sensor area internet publik, BCN bertugas di sektor kritikal, seperti energi, perbankan dan transportasi publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Nasional
Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Nasional
Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Nasional
Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Nasional
DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi 'Online' ke MKD

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com