Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usut Pelanggaran di Medsos, Kapolri Tak Masalah Polisi Dibenci Masyarakat

Kompas.com - 04/11/2014, 14:31 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Polri Jenderal Pol Sutarman memastikan, kedepan Polri akan terus bertindak tegas kepada pelaku pelanggaran hukum di media sosial. Meski banyak protes dari masyarakat terkait langkah tersebut, pihaknya tak akan terpengaruh dan tetap akan menegakkan hukum.

"Biarkan saja polisi disalahkan terus. Itu resiko penegakan hukum. Biarkan saja polisi dibenci oleh masyarakat. Kalau kita menegakkan hukum dan tidak disenangi, berarti sudah benar," kata Sutarman dalam Rapat Koordinasi Nasional Kabinet Kerja Dalam Rangka Sinergitas Kinerja Pemerintah Pusat dan Daerah Tahun 2014, di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Selasa (4/11/2014).

Hadir dalam acara tersebut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, serta gubernur, kapolda, dan kabinda dari seluruh Indonesia.

Sutarman menyadari bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang bisa menyampaikan segala pendapatnya di media sosial. Namun, aktivitas di media sosial kemudian menyinggung seseorang atau sekelompok orang, maka hukum harus ditegakkan.

Sutarman mencontohkan kasus Florence yang menghina warga Yogyakarta di media sosial. Sikap Florence itu, kata dia, sah-sah saja jika tak menyinggung siapapun. Namun, nyatanya warga Yogyakarta mengadukan Florence sehingga kepolisian mau tidak mau harus bertindak.

"Gubernur DIY memang sudah memaafkan, tapi rakyatnya belum," ujar dia. (baca: Sultan Berharap Flo Tetap di Yogya dan Selesaikan Kuliahnya)

Contoh terbaru, lanjut Kapolri, adalah kasus Muhammad Arysad yang menghina Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Kasus ini, kata Sutarman, lebih parah dan kompleks karena Arsyad menggunakan penghinaan dengan gambar porno. (baca: Kapolri: Proses Hukum Penghina Jokowi Jalan Terus)

"Kalau kita biarkan, dampaknya bisa dilihat oleh anak-anak. Nanti ada penyimpangan seksual di berbagai daerah, nanti yang disalahkan kita lagi," keluhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com