Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2014, 20:08 WIB

Masih tersimpan rapi dalam ingatan kami tentang isu kudeta PKI yang mengakibatkan terbunuhnya ribuan orang dan lengsernya Presiden Soekarno secara memalukan.

Tahun 70an, isu yang merebak juga tak kalah sengitnya dengan masa sebelumnya. Seorang aktivis mahasiswa kala itu yang bernama Rahman Toleng mengatakan, "Ada banyak isu di sana, melawan modal asing, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang kian tajam, isu padat karya , padat modal, ada diskursus pembangunan bangsa Indonesia. Ada isu aspri presiden, yang banyak merecoki kabinet, dan ada isu rivalitas Ali Moertopo dan Soemitro." Puncak dari isu-isu itu adalah peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang merupakan peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Isu tentang kesenjangan antara pribumi dan etnis Tionghoa pada bulan November 1980, membakar kota Solo dan sekitarnya. Malapetaka ini menggenapi isu SARA sebelumnya pada 10 Mei 1963 yang menjadi kerusuhan rasialis pertama dan terbesar di kota Bandung. Sentimen anti Tionghoa yang ‘menjangkiti’ sebagian kalangan mahasiswa dan warga Bandung ketika itu dipandang sebagian pihak sebagai manifestasi kejengkelan ‘warga pribumi’ terhadap situasi ekonomi yang ‘morat-marit’ dimasa Demokrasi Terpimpi

Isu dukun santet di tahun 1997 yang menyebabkan banyaknya korban dari kalangan kyai di Jawa Timur, yang berpuncak pada tahun berikutnya pada 1998 yang membakar kota Jakarta akibat isu sosial-politik yang semrawut kala itu.

Isu-isu itu pun kian menemukan bentuknya saat kami hendak memilih pemimpin-pemimpin kami, baik di tingkat desa hingga di tingkat nasional. Isu betebaran di angkasa, lengkap dengan fitnah keji yang mematikan. Kami masih ingat benar, saat Pilpres kemarin, betapa dua calon presiden kami dihajar oleh isu-isu yang mematikan.

Ya, ya... kami menyadari, bahwa isu adalah fenomena yang manusiawi. Itulah sebabnya, isu bisa berhembus di bidang kehidupan apa pun. Politik, ekonomi, atau sosial. Dari yang berskala besar sampai tingkat keluarga. Di tengah fakta yang saling berkaitan dan hubungan timbal balik kehidupan antarmanusia dan antarmasyarakat dalam era globalisasi dan era informasi, isu yang diembuskan di suatu bidang kehidupan pasti membuahkan pengaruh pada bidang kehidupan lainnya.

Kami bersyukur Engkau telah mengirimkan Joko Widodo dan Prabowo kepada kami. Sebab setelah keduanya bersalaman, maka sebenarnya kedua pemimpin itu sedang memperbaiki komunikasi yang sebelumnya macet. Lantaran komunikasi yang macet itulah, lahir isu-isu yang tak bertanggungjawab. Sehingga kami hanya beroleh informasi yang cuma berdasar pada kepentingan, dan tidak berdasarkan kejujuran.

Tapi seperti yang Engkau tahu, rupanya isu belum juga enyah dari kehidupan kami menyangkut kedua pemimpin kami itu. Hmmm.. isu barangkali memang seperti garam yang mengkompleti masakan. Begitulah, hidup pun tak genap jika tak ada isu. Berpikir cerdas dan bijak, barangkali salah satu cara agar kita tak tersesat dan tak termakan oleh isu!

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com