Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Democracy Forum yang Dihadiri SBY Ditinggalkan Pegiat Demokrasi

Kompas.com - 08/10/2014, 16:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelas dari 14 organisasi masyarakat sipil yang diundang ke Bali Civil Society Forum 2014, 8-9 Oktober 2014, menolak hadir. Forum internasional untuk membahas demokrasi itu merupakan forum yang digelar Institute for Peace and Democracy menjelang Bali Democracy Forum yang digagas dan akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 10 Oktober 2014.

Sebelas organisasi yang menolak hadir adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Kontras, Migrant Care, Indonesia Corruption Watch (ICW), Transparency International Indonesia (TII), Perludem, Yappika, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Elsam, dan Fitra.

”Forum Bali Civil Society Forum dan Bali Democracy Forum merupakan forum seremonial perayaan demokrasi. Namun, apa yang mau dirayakan jika negara tidak punya keberpihakan pada demokrasi,” kata Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini saat pernyataan sikap dari 11 organisasi itu, di Jakarta, Selasa (7/10/2014).

Ketidakberpihakan negara pada penguatan demokrasi itu dinilai dari sejumlah undang-undang yang disahkan, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, UU No 17/2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), dan UU No 22/2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah yang dicabut dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1/2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

Direktur LBH Jakarta Febi Yonesta memaparkan, UU MD3 dan UU Pilkada merupakan titik mundur demokrasi di Indonesia karena hanya mencerminkan ambisi dari koalisi fraksi-fraksi, khususnya yang tergabung di Koalisi Merah Putih di parlemen.

Direktur Kontras Haris Azhar menambahkan, demokrasi adalah seni untuk mendengarkan suara dan pilihan rakyat. Pemilihan kepala daerah oleh DPRD yang tercantum dalam UU No 22/2014 sama sekali tak mencerminkan hal tersebut. ”Pemasungan hak politik rakyat dengan pilkada oleh DPRD merupakan pelanggaran atas kedaulatan rakyat,” ujarnya.

Meski Presiden Yudhoyono kemudian mengeluarkan Perppu No 1/2014 untuk mencabut UU No 22/2014, Wakil Direktur ICW Sely Martini menilai langkah itu hanya bentuk penyelamatan citra Presiden, bukan menegakkan demokrasi.

Pelemahan demokrasi

Sebelum UU MD3 dan UU Pilkada keluar, Direktur Yappika Fransisca Fitri mengatakan, pelemahan demokrasi telah muncul sejak UU Ormas disahkan pemerintah dan DPR tahun lalu. UU Ormas itu dinilai telah membatasi kebebasan masyarakat sipil untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat.

Dengan alasan-alasan itulah, semua organisasi ini menilai Bali Civil Society Forum dan Bali Democracy Forum merupakan forum yang tidak relevan untuk diselenggarakan mengingat ketidaktegasan Presiden dalam menjamin keberlanjutan demokrasi Indonesia.

Bali Civil Society Forum 2014 yang mengusung tema ”Democratic Governance in the Twenty- First Century: the Roles of Civil Society” mengundang organisasi masyarakat sipil untuk menjadi pembicara tentang peran masyarakat sipil bagi demokrasi. Bali Civil Society Forum dan Bali Democracy Forum digelar oleh Institute for Peace and Democracy, sebuah lembaga yang diinisiasi dan dibanggakan Presiden Yudhoyono sejak 2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com