Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Coba KPK Sudah Ada Saat Pilkada Dipilih DPRD, Pasti yang Ditangkap Lebih Banyak"

Kompas.com - 27/09/2014, 18:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Said Salahuddin menilai, pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung masih relevan diterapkan di Indonesia. Ia mengatakan, berbagai permasalahan yang dianggap menjadi alasan pilkada langsung tidak lagi relevan belum digali lebih dalam.

"Pilkada langsung saya kira masih relevan dipraktikkan. Selama ini baru ada sorotan terhadap pilkada langsung baru pada tataran yang sangat dangkal, misalnya biayanya tinggi, banyak terjadi politik uang, konflik, dan seterusnya," ujar Said di Jakarta, Sabtu (27/9/2014).

Misalnya, kata Said, terkait banyaknya kepala daerah pilihan rakyat yang dijaring Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia menyatakan, lembaga tersebut dibentuk setelah Undang-undang Pilkada oleh DPRD dihapuskan dan diganti dengan pilkada langsung.

"Coba KPK sudah ada pada saat pilkada dipilih DPRD dulu dan KPKnya sekuat sekarang, pasti yang ditangkap lebih banyak," ujarnya.

Selain itu, ujar Said, dalih pilkada langsung dapat memicu konflik juga tidak selamanya terbukti. Menurut Said, konflik antar massa pendukung sangat kecil dibandingkan dengan konflik pendukung pasangan calon terhadap penyelenggara.

"Berarti permasalahannya ada pada penyelenggara yang dianggap tidak netral, berpihak, dan tidak independen," ujarnya.

Menurut Said, perlu ada seleksi yang lebih ketat untuk merekrut penyelenggara pemilu dalam pilkada untuk meminimalisir potensi-potensi yang dikhawatirkan terjadi dalam pilkada langsung.

Kendati demikian, jika ditilik dari segi demokratis, Said mengatakan, kedua cara pemilihan itu memiliki kekuatan yang sama. Menurut Said, yang membedakan adalah pemilihnya, pilkada langsung oleh rakyat sementara pilkada tidak langsung oleh wakil rakyat.

"Kalau soal derajat demokratisnya sama karena keputusan Mahkamah Konstitusi, keduanya sama-sama demokratis. Cuma ada demokratis secara langsung dan perwakilan?" kata Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com