Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Dilantik, Jusuf Kalla Ingin Harga BBM Naik

Kompas.com - 03/09/2014, 16:40 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla berpendapat, sebaiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan pada awal pemerintahannya bersama presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Menurut Kalla, menaikkan harga BBM menjadi satu-satunya langkah untuk menyelamatkan keuangan negara.

"Bulan-bulan pertama, BBM harus naik. Kalau enggak, BBM habis, uang habis," kata Kalla saat berkunjung ke Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Kalla mengatakan, dampak dari membengkaknya subsidi BBM adalah pemotongan anggaran pembangunan, seperti untuk jalan dan pengairan. Jika kebijakan itu terus diambil, kata Kalla, maka akan lebih berbahaya bagi ekonomi Indonesia pada masa depan.

Kalla menyinggung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus naik dari 2004 sampai 2008 hingga di atas 6 persen. Lalu, kata dia, pertumbuhan ekonomi terus menurun sejak 2011 akibat berbagai faktor, seperti ekonomi Tiongkok yang menurun dan kondisi ekonomi Eropa yang sulit.

"Kita harus kembalikan kekuatan dalam negeri. Kita harap kita bisa rebound," kata Kalla.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu sadar bahwa dirinya dan Jokowi bukan pimpinan partai. Untuk itu, ia dan Jokowi akan berkonsultasi terlebih dulu dengan parpol pendukung terkait rencana menaikkan harga BBM itu.

"Kami berdua bukan pimpinan partai, harus konsultasi supaya aman di politik. Sudah kecil (koalisi di parlemen), tidak aman lagi, itu lebih berbahaya," kata Kalla.

Sebelumnya, Jokowi juga mengkritik besaran anggaran dalam APBN untuk pembangunan yang hanya setengah dari subsidi BBM. Dengan anggaran tersebut, tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan. (Baca: Ini Wawancara Buka-bukaan Jokowi soal Subsidi BBM)

"Alokasi di APBN kan sudah terikat semua; diikat untuk membayar gaji, subsidi BBM, anggaran pendidikan 20 persen, dan sebagainya. Jadi, sisanya tinggal berapa sih? Tinggal Rp 200 triliun yang bisa dipakai untuk membangun. Ini kan aneh. Masa anggaran pembangunan cuma 20 persen dari APBN, sedangkan subsidi lebih dari Rp 400 triliun," kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com