Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Menolak, PDI-P Minta Masyarakat Maklum jika Jokowi Naikkan Harga BBM Bersubsidi

Kompas.com - 26/08/2014, 22:33 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengungkapkan, pihaknya masih mengkaji kemungkinan presiden terpilih Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk menekan beban APBN akibat subsidi. Namun, apabila harga BBM bersubsidi terpaksa dinaikkan, Jokowi nantinya akan meminta pengertian dan kepercayaan masyarakat.

"Kami harapkan kepercayaan Pak Jokowi dan JK itu bisa berdampak pada kepercayaan masyarakat seandainya kebijakan untuk menaikkan (BBM bersubsidi) itu (terjadi)," ujar Ketua DPP PDI-P Effendi Simbolon di Kompleks Parlemen, Selasa (26/8/2014).

Effendi menyadari rakyat nantinya akan banyak melontarkan protes jika Jokowi menaikkan harga BBM bersubsidi. Jokowi, kata dia, akan dianggap tidak menepati janji kampanyenya untuk lebih menekan subsidi melalui pengalihan konsumsi BBM dengan energi alternatif.

Saat ditanyakan sikap PDI-P yang selama ini menolak keras menaikkan harga BBM tetapi sekarang mendukung rencana kenaikan harga BBM, Effendi menampiknya. Menurut dia, PDI-P selama ini bukan menolak kenaikan harga BBM.

"Kami selama ini tidak menentang penyesuaian harga. Saya selalu katakan, kenaikan harga adalah sebuah keniscayaan, tapi kalau tidak diawali dengan komitmen energi baru dan terbarukan, niscaya tidak akan kami berikan approval. SBY selama 10 tahun ini kan hanya 'bancakan' dari mafia migas yang membelenggu," papar Effendi.

Anggota Komisi VII DPR ini memastikan apabila Jokowi memimpin, sektor hulu energi akan menjadi fokus utama agar sektor industri dan transportasi tidak terlalu bergantung pada BBM yang terus menggerus anggaran negara.

"Saat Jokowi menjadi presiden, kebijakan energi akan dimulai dari audit BPK di SKK Migas, Pertamina, dan ESDM," imbuh Effendi.

Sebelumnya, Jokowi merasa keberatan dengan alokasi subsidi dalam RAPBN 2015. Menurut dia, peningkatan subsidi BBM yang mencapai Rp 44,6 triliun terlalu besar dan seharusnya dialihkan untuk anggaran pembangunan. Dengan kondisi ini, Jokowi meminta agar Presiden SBY bisa memperbaiki RAPBN 2015 dengan menekan angka subsidi. Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla pun meminta agar kenaikan harga BBM dilakukan dalam masa pemerintahan SBY.

Baca juga :

Tolak Kenaikan BBM, Massa PDI-P "Longmarch" ke Istana

Ini Alasan PDI-P Konsisten Tolak Kenaikan BBM

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com