Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Pelaksanaan Pilpres, Prabowo Dinilai Tidak Hormati Peraturan dan Penyelenggara Pemilu

Kompas.com - 22/07/2014, 16:41 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Dwipayana, mengatakan, pernyataan capres Prabowo Subianto yang menolak pelaksanaan Pilpres 2014 mencerminkan bahwa Prabowo tidak menghormati peraturan yang tidak berlaku. Arie juga menilai, Prabowo tidak menghormati penyelenggara pemilu.

"Demokrasi itu bersandar pada aturan, tetap menghormati rule of law, sebagai aturan main bersama," ujar Arie saat dihubungi, Selasa (22/7/2014).

Menurut Arie, kontestan maupun penyelenggara harus terlibat alur yang berlaku. Ia menilai, aksi mundur tersebut tidak menghormati rule of law. Selain itu, pernyataan Prabowo bisa dianggap mendelegitimasi KPU sebagai penyelenggara pemilu.

"Institusi penyelenggara pemilu merupakan institusi yang dihormati peserta. Ini upaya delegitimasi penyelenggara. Sudah sangat jelas," ujar Arie.

Arie juga mengatakan, proses yang muncul terkait pilpres harus diterima oleh kontestan. Mulai dari audit harta kekayaan hingga proses berjenjang di daerah seharusnya sudah dipahami dan diterima oleh kontestan. Arie menganggap, pernyataan tersebut berbahaya karena telah melegitimasi penyelenggara pemilu dan tidak menghormati institusi.

Adapun pernyataan Prabowo di Rumah Polonia tersebut juga bisa menimbulkan interpretasi ganda di akar rumput. "Upaya yang disebutkan interpretasi di grassroot, yang tidak tinggal diam ini, artinya apa? Apa ada mobilisasi?"

Hal tersebut, kata dia, memunculkan tanda tanya di masyarakat. Padahal, sebelumnya Prabowo telah menyatakan untuk tidak melakukan pengerahan massa untuk menghindari konflik.

"Ini memprovokasi dan memunculkan ketegangan. Kalau tidak puas, ya diselesaikan ke MK," ujar Arie.

Arie menambahkan, saluran bagi ketidakpuasan adalah Mahkamah Konstitusi. Sebab, saluran tersebut disediakan untuk menghindari konflik.

Sebelumnya, capres Prabowo Subianto menyatakan sikap dengan membacakan hasil rapat tim kampanye nasional bahwa KPU bermasalah karena bertentangan dengan UUD 45. Ia menganggap, KPU tidak adil karena melanggar banyak aturan.

Selain itu, ia menuding KPU telah mengabaikan rekomendasi Badan Pengawas Pemilu untuk melakukan pemungutan suara ulang. Atas pertimbangan di atas, Prabowo menolak pelaksanaan Pilpres 2014. Ia juga menginstruksikan saksi pada rapat pleno untuk tidak lagi melanjutkan proses tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com